Mempersiapkan pesta pernikahan adalah suatu hal yang exciting bagiku. Tapi lebih dari itu, aku juga ingin mempesiapkan diri untuk memasuki hidup baru sebagai suami istri nantinya. Karena hal ini akan menentukan kelangsungan hidup suatu pernikahan.
Di gereja lokal dimana pasanganku berjemaat,ada peraturan yang menurutku sangat bagus untuk pasangan yang akan menikah yaitu mengikuti kelas bimbingan pranikah. Setiap pasangan diwajibkan untuk mengikuti kelas bimbingan pranikah itu selama 12 bulan sebelum menikah, atau paling cepat 6 bulan dengan materi yang dipadatkan. Para pembimbingnya terdiri dari para penatua yang melayani di gereja itu, yang adalah pasangan suami istri yang sudah berpengalaman dalam pernikahan yang bahagia, dan sudah teruji dalam pernikahan lebih dari 10 tahun. Bimbingan yang kami jalani mulai bulan April sampai bulan Januari tahun berikutnya dengan pasangan-pasangan pembimbing yang berbeda-beda.
Dalam bimbingan itu, kami menggunakan pedoman dari buku karangan Jonathan A. Trisna berjudul Two Become One, Membangun dan Mewujudkan Pernikahan Bahagia Sesuai Prinsip Alkitabiah.
Buku itu terdiri dari beberapa bab yang menguraikan prinsip-prinsip dasar alkitabiah untuk membangun dan mewujudkan pernikahan bahagia. ‘Two Become One’ mengulas tentang:
- Prinsip-prinsip pernikahan yang diberikan Allah untuk kebahagiaan suami-istri.
- Kasih Eros, Filia dan Agape
- Penerapan kasih dalam keluarga Kristen
- Hierarki dalam keluarga Kristen.
- Penyesuaian dalam pernikahan
- Membangun Komunikasi dalam pernikahan.
- Peringatan Kepada Suami Istri
- Seks dalam pernikahan.
- Visi dan misi keluarga Kristen.
- Harga Pernikahan Harmonis
- Menutupi dosa
Setiap pembimbing membawakan satu bab dalam satu pertemuan dan mereka juga menyampaikan aplikasi nya dalam kehidupan rumah tangga yang sudah mereka jalani. Aku mendapatkan banyak pencerahan dari sesi bimbingan pranikah ini. Aku juga belajar banyak dari contoh-contoh kasus yang mereka sampaikan yang memang terjadi dalam pernikahan. Aku juga melihat beberapa jenis pasangan yang berbeda yang dengan kisah yang berbeda-beda juga. Dari bimbingan ini, aku juga menemukan banyak paradigm baru dalam membangun hubungan yang benar dalam Kristen.
Berikut ini beberapa catatan dari kelas bimbingan Pranikah yang aku dapatkan:
Prinsip-prinsip pernikahan Kristen
Titik fokus pada Alkitab sebagai buku manual untuk setiap kehidupan kita, baik hidup pribadi, maupun hidup berpasangan. Dengan Alkitab dan dengan menghidupi FIrman Tuhan, niscaya kita bisa hidup dengan baik dengan berlandaskan Firman Tuhan dalam menghadapi semua tantangan dalam berumah tangga.
Baik pria dan wanita harus sama-sama membangun kehidupan kerohanian yang baik, dan saling menopang dan saling mengingatkan. Pembimbing bercerita bahwa dulu ayahnya suka berdoa dan baca Alkitab, sementara ibunya nggak. Giliran ibunya ada masalah besar dengan ayahnya, barulah ibunya mencari Tuhan, termehek-mehek dan jadi rajin denger kotbah di radio. Jadi, tak usah nunggu ada konflik besar dulu baru mencari Tuhan.
Pembimbing juga menambahkan dengan pesan-pesan bahwa tanpa kehadiran Tuhan dalam hubungan kita, kita akan cepat bosan satu sama lain. Kita akan mudah goyah dan cari-cari yang lain di luar sana. Tapi kalau kasih Tuhan yang menjadi pengikat, kita akan semakin hari semakin saling mencintai dan kuat.
Kasih (Eros, Filia dan Agape)
Pembimbing pria banyak bicara ke calon suamiku untuk melakukan kewajiban seorang pria dalam rumah tangga sehubungan dengan kasih-kasih ini.
Sementara itu, pembimbing wanita lebih banyak memberikanku nasihat-nasihat sebagai seorang calon istri. Dia bilang bahwa dia selalu berusaha menunjukkan kasihnya kepada keluarganya dengan memastikan makanan mereka safe. Masakin tiap hari untuk bekal suaminya ke kantor, atau bila ga sempet, anterin ke kantor atau kalau ga sempet juga, pesenin makanan via online.
Terus juga dia bilang bahwa dia selalu berusaha untuk menjaga nama baik suaminya. Dengan tidak menceritakan kejelekan-kejelekan suaminya kepada orang lain yang tidak berkepentingan. Bagaimanapun kenyataan pasangannya, dia tetap bilang bahwa suaminya luar biasa. Dan orang lain tak perlu tau keburukan pasangan kita. Ini poin yang bagus. Emang bener sih. Kan hubungan suami istri sering makin ruwet dengan keterlibatan orang-orang luar yang mungkin niatnya baik.
Terus poin yang paling aku kagum adalah saat dia bilang, apapun masalahnya yang mereka berdua hadapi, dia berkomitmen untuk dia tidak akan meninggalkan rumah. Tidak minta dipulangin ke orangtualah, dan demikian juga si suami, tidak boleh meninggalkan rumah. Seterluka apapun dia disakiti suaminya, dia tetap berusaha menjadi istri yang baik dan menyelamatkan pernikahannya.
Hmm…itu pasti tidak mudah ya…tapi itulah salah satu aplikasi kasih agape yang mereka praktekkan dalam hidup rumah tangganya.
Penerapan Kasih dalam Pernikahan
Masih lanjutan dari jenis-jenis kasih yang kami bahas pada PA sebelumnya, kali ini lebih ke penerapan kasih-kasih itu. Bahwa kasih eros dalam pasangan suami istri adalah penting, kasih filia juga dan yang lebih utama adalah kasih agape.
Kasih tanpa syarat dimana kita mengasihi pasangan kita walaupun saat kasih eros sudah tidak terasa lagi. Walaupun pasangan kita tidak menarik lagi di mata kita, tidak membanggakan lagi atau bagi pria mungkin istrinya yang tadinya langsing udah jadi gendut. Bagi wanita mungkin yang tadinya suaminya banyak duit, tapi tiba-tiba kena phk atau bangkrut. Di saat-saat sulit itulah kasih agape terhadap pasangan diuji…apakah kasih itu sudah tumbuh dalam diri kita?
Pembimbing bilang bahwa kasih agape itu akan ketahuan setelah diuji dengan berbagai-bagai kesulitan. Jadi belum bisa dibuktikan apakah dia sudah punya agape atau tidak terhadap calon pasangannya.
Dalam suatu hubungan suami istri akan terdapat kejutan-kejutan dimana hal-hal kebiasaan kecil pasangan kita bisa memicu konflik yang serius. Disitulah kita harus bisa saling menerima…dan saling mengampuni. Dan tetap berdoa untuk pasangan kita menjadi orang yang lebih baik. Namun bukan sibuk dengan ngarepin pasangan kita jadi pasangan yang sempurna, kita juga punya peran untuk berusaha menjadi pasangan yang sempurna untuk suami/istri kita.
Hierarki dalam Keluarga Kristen
Pembimbing menjelaskan bagaimana hirarki dalam keluarga Kristen yang seharusnya sesuai dengan kebenaran Alkitab. Bahwa seorang suami harus mengasihi, melindungi dan menghargai seorang istri, sementara istri harus tunduk kepada suami. Jadi urutan paling Atas adalah Tuhan – Suami – Istri – anak. Jadi yang seharusnya menentukan arah kepemimpinan dalam suatu keluarga adalah suami di bawah pimpinan Tuhan.
Dalam buku itu, dibahas juga bagaimana kadang terjadi kebalikannya. Dimana seorang istri menjadi pengambil keputusan utama dalam segala persoalan keluarga. Hal itu bisa terjadi bila si istri memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, tingkat penghasilan yang lebih tinggi dan sosial ekonomi keluarga yang lebih terpandang dibanding suami. Aku merasa hal itu ada benarnya. Itu sering terjadi dalam kehidupan masyarakat sekitar.
Tapi melalui PA Pasangan ini, pembimbing benar-benar menekankan bahwa hirarki yang benar tetap harus suami yang memimpin dan istri harus tunduk.
Dan pihak-pihak lain seperti mertua dan ipar bahkan anak-anak pun tidak boleh ikut campur dalam menentukan keputusan suami istri itu.
Penyesuaian dalam Pernikahan
Pembimbing bilang bahwa perbedaan latar belakang, suku dan kebiasaan keluarga bisa menjadi pemicu konfilik dalam suatu rumah tangga. Sehingga harus dibicarakan dari awal dan untuk pasangan harus terbuka jangan pake jaim-jaim biar nanti tidak bikin kaget bila keluar aslinya pas udah nikah.
Terus juga pasangan ini bilang bahwa perbedaan pendidikan dan penghasilan dan latar belakang keluarga baik dari keluarga miskin atau kaya juga bisa mempengaruhi suatu hubungan. Dia bilang, biasanya perempuan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi bisa aja punya penghasilan dan karir lebih tinggi dari si pria. Dan hal ini bisa menimbulkan konflik dimana si pria menjadi minder dan si wanita jadi tidak melakukan perannya sebagai istri yang harus tunduk kepada suami.
Mereka mengingatkan bahwa walaupun nanti misal si wanita lebih tinggi karir dan penghasilannya dari si pria, tapi dia harus tetap tunduk pada suaminya sebagai kepala keluarga. Dan si pria juga harus bisa menerima dengan lapang dada, tidak jadi minder dengan perbedaan itu. Tapi justru berpikir positif bahwa perkembangan karir istrinya adalah berkat doa dan dukungan dari suami juga.
Mereka juga menekankan bahwa si calon pasangan suami istri harus saling terbuka dari awal, berapa penghasilan masing-masing dan alokasi penggunaan dananya.
Komunikasi dalam Pernikahan
Bahasan mengenai topik ini memakan hamper 50 persen isi buku Two Become One yang jadi bahan ajaran PA Pasangan itu. Pastilah itu karena masalah komunikasi sering jadi masalah besar dalam suatu hubungan. Khususnya pernikahan.
Pembimbing mulai membuka tentang topik-topi yang sering terjadi dalam dunia pernikahan sehubungan dengan masalah komunikasi.
Ada suatu pernyataan dari pembimbing pria tentang suami adalah kepala istri dan Tuhan Yesus adalah kepala suami. Sering terjadi bahwa seorang istri memaksakan kehendak untuk mengambil suatu keputusan. Dan karena si suami tak ingin ada konflik, maka suami setuju dengan keputusan itu. Tapi hasilnya sering kali tidak sesuai dengan harapan. Karena si istri tidak tunduk pada pendapat suami.
Pembimbing wanita juga banyak menekankan perlunya keterbukaan dari awal kepada pasangan dalam berbagai hal khususnya financial.
Mereka bercerita bagaimana mereka masih belajar juga sampai saat ini untuk menjalin komunikasi yang baik satu sama lain.
Tentang Peringatan Kepada Suami Istri
Pembimbing pria memulai dengan pertanyaan hal yang sering menjadi masalah suami istri dalam keterkaitannya dengan Firman Tuhan. Yakni Firman mengenai bahwa istri harus tunduk pada suami dan suami harus mengasihi istri. Selama ini yang sering terjadi adalah si istri merasa berhak untuk tidak tunduk pada suami bila dianggapnya suami itu tidak mengasihinya sebagaimana seharusnya.
Beliau mengajukan pertanyaan padaku dan pasangan mengenai Firman “Hai Istri, tunduklah pada suamimu....” dia menanyakan kepada siapakah Firman ini ditujukan? Aku menjawab kepada istri, sementara pasanganku menjawab kepada suami istri.
Pembimbing menjelaskan dengan cara yang menurutku cukup membuka mindset. Dia mengatakan bahwa Firman ini ditujukan kepada istri. Jelas-jelas disitu ada tulisan Hai istri..., jadi ini ditujukan kepada istri, bukan kepada suami juga.
Terus dia melanjutkan ke Firman “Hai Suami, kasihilah istrimu...” dia menanyakan hal yang sama, kepada siapakah Firman ini ditujukan? Kali ini kami menjawab dengan benar. Kepada suami. Yup benar katanya. Kemudian Pembimbing bertanya kepadaku, bila Firman ini adalah rhema untuk suami, berhak kah aku mengclaimnya? Aku awalnya menjawab berhak. Seperti yang kupahami selama ini, seorang istri berhak mengclaim suami untuk melakukan ini itu.
Tapi Pembimbing menanyakanku lagi dengan lebih jelas. Firman ini adalah milik suami, bukan milik istri, apakah aku sebagai istri berhak mengclaimnya? Aku kemudian mikir, bila itu milik suami, aku tak berhak. Aku menjawab tidak berhak. Dan itu adalah jawaban yang benar menurut Pembimbing. Katanya, istri hanya berhak mengclaim firman yang ditujukan padanya, dan suami juga hanya berhak mengclaim firman yang ditujukan pada suami. Jadi masing-masing focus pada bagian masing-masing.
Bila dalam suatu rumah tangga terjadi permasalahan, baik suami maupun istri tidak saling menyerang dengan menuntut mereka melakukan firman yang ditujukan pada pasangannya, tapi melihat ke dalam diri sendiri, apakah dia sudah melakukan firman yang ditujukan untuknya? Apakah saya sebagai istri sudah melakukan apa yang benar dengan tunduk pada suami? Jadi ga peduli suami seperti apa kelakuannya, istri hanya berhak melihat ke dalam dirinya dan introspeksi diri, sudahkan aku melakukan firman yang ditujukan untukku untuk tunduk kepada suami? Masing-masing dituntut untuk melakukan tanggung jawab dan job desc masing-masing.
Setelah itu pembimbing juga menanyakan berapa orang yang dibutuhkan untuk mencapai suatu rumah tangga yang harmonis dan bahagia? Aku dan pasangan menjawab, dua-duanya suami dan istri. Tapi kemudian Pembimbing lagi-lagi menyangkal pemahaman kami selama ini. Dia bilang hanya dibutuhkan satu orang saja. Dia bilang, bila suami bertingkah, tapi istinya tetap benar, hanya masalah waktu, pasti si suami akan bisa dimenangkan lagi untuk Tuhan. Begitupun juga bila istri nggak bener, nggak tunduk pada suami, tapi bila suami tetap mengasihi, pasti lama-lama si istri juga bisa bener.
Dan ditekankan lagi oleh pembimbing, kebahagiaan kita tidak ditentukan oleh orang lain. Tapi kebahagiaan kita ditentukan oleh diri kita sendiri...
Harga pernikahan yang harmonis
Pesan-pesan yang aku dapat dari pembimbing suami istri ini adalah:
Mengucap syukur senantiasa. Karena mengucap syukur membuka pintu atas segala berkat-berkat Tuhan. Pernikahan tidak menuntut tapi melayani satu sama lain.
Harus tau apa yang bikin pasangan happy dan melakukan lebih banyak hal-hal yang bikin pasangan happy. Disebut bank cinta. Dimana kita menabung banyak cinta untuk membuat rasa cinta masing-masing pasangan semakin besar.
Pada sesi bahasan ini, Pembimbing juga menanyakan, apa kami lakukan terhadap pasangan yang pasangan happy? Kita harus banyak-banyak melakukan hal itu.
Pembimbing juga berbagi tips ala mereka untuk menjaga hubungan tetap bergairah, komitmen dan hangat/harmonis. Mereka bilang mereka selalu pergi sekali setahun travelling berdua. Anak-anak di titip ke ibu/mertua. Mereka menikmati quality time berdua. Selain itu juga, secara rutin, setiap hari Senin mereka nonton bareng, atau makan bareng berdua aja, seperti pacaran, katanya bebas mau melakukan aktivitas apa sesuai dengan kesukaan kita, asal kita berdua sama2 happy dan disegarkan oleh kegiatan itu. Bila jalan ke pantai adalah yang bikin happy, then bisa jalan ke pantai atau apa saja...
Terus mereka juga mengatakan untuk persiapan pernikahan, jangan menghabiskan semua dana. Karena kehidupan setelah menikah masih panjang dan butuh biaya banyak.. walaupun semua pengantin punya impian mau pernikahannya seperti apa, tapi harus tetap sesuai budget.
Visi dan Misi Keluarga Kristen
Dalam bimbingan ini kami disarankan untuk memikirkan apa yang menjadi visi dan misi kami dalam membangun sebuah keluarga. Visi dan misi itu disamakan antara suami dan istri sehingga terciptalah keharmonisan yang hakiki akan mau dibawa kemana keluarga itu dan bagaimana mereka harus membimbing anak-anak nya nantinya.
Menutupi Dosa
Kali ini tema bimbingan Pranikah adalah tentang Menutupi Dosa. Mengambil ilustrasi dari kejadian Raja Daud yang melakukan dosa dengan mengambil Batsyeba sebagai istrinya dan membunuh Uria suaminya untuk menutupi dosa itu. Dalam tema ini, dijelaskan bagaimana dosa yang kita lakukan besar atau kecil, pasti akan diampuni Tuhan kalau kita mohon ampun. Tapi, tetap akan ada konsekuensinya. Dan mengingat konsekuensinya bisa jauh lebih besar dan lebih serius dari yang pernah kita bayangkan, ditekankan untuk berhati-hati dan jangan jatuh dalam perbuatan berdosa. Atau kalaupun sudah terlanjur terjatuh, jangan berusaha menutupi dosa itu dengan dosa yang lain. Tapi segeralah bertobat.
Seks dalam Pernikahan
Yang menjadi tema terakhir dalam bimbingan pranikah ini adalah Seks dalam Pernikahan. Dalam sesi ini, pembimbing adalah pendeta yang akan memberkati kita nantinya. Dan dalam bimbingan ini kita diminta untuk jujur terbuka tentang kehidupan seks kita selama menjalin hubungan dengan pasangan selama ini. Apakah kita sudah pernah melakukan hubungan seks atau belum karena hal tersebut akan mempengaruhi jenis pemberkatan yang akan dilakukan di gereja.
Dan dalam materi ini dikatakan bahwa seks adalah sesuatu yang kudus untuk suami istri yang sudah diberkati Tuhan dalam pernikahan.
No comments:
Post a Comment