Sejak aku mulai belajar gaya hidup minimalis, aku sering baca istilah decluttering. Decluttering adalah suatu cara atau kegiatan merapikan, memilah dan menyingkirkan barang atau hal yang tidak digunakan, sehingga hanya menyimpan barang-barang yang memang dibutuhkan. Istilah declutter ini bisa untuk barang tapi berlaku juga untuk pikiran, kegiatan, hubungan dan ada juga yang disebut digital declutter.
Untuk urusan declutter barang bagiku tak sulit, aku bahkan senang melakukannya. Karena selama ini aku memang suka bebenah rumah. Merapikan dan menata barang-barang supaya rumah tampak lebih cantik dan nyaman. Tapi jarang aku menyingkirkan barang yang aku udah gak butuh. Biasanya aku simpan di suatu tempat dengan pemikiran bahwa barang-barang itu akan dibutuhkan suatu hari nanti. Tapi sebenarnya kalau mau jujur, barang-barang itu jarang bahkan tidak pernah dibutuhkan lagi.
Ini adalah daftar barang yang aku declutter waktu baru pertama belajar gaya hidup minimalis:
1. Buku
Aku punya koleksi buku dan novel dan punya rak khusus untuk memajangnya. Buku-buku ini ada yang udah aku baca, ada juga yang belum aku baca sama sekali dan aku tak tertarik membacanya. Aku merasa senang aja gitu mengoleksinya. Apalagi kalau ada teman main ke rumah dan melihat koleksi buku itu, aku merasa ada kebanggaan tersendiri. Dalam pikiranku, mengoleksi buku-buku itu membuatku tampak lebih intelektual. Macam ngaruh aja ya
Waktu itu aku rutin membeli buku karena di kantor ada bapak-bapak yang biasa datang jualan buku yang kami panggil Bapak Buku. Selain karena harga bukunya terjangkau, dia juga memberikan keringanan bisa bayar gajian atau bayar cicil beberapa kali. Wow…aku suka itu Aku bisa beli sekaligus beberapa buku walau kadang ada yang kebaca, ada yang masih terbungkus plastik tak pernah dibaca.
Awalnya bagiku adalah hal yang berat untuk melepaskan buku-buku ini. Aku menilai, mereka adalah koleksi yang berharga.
Tapi aku tau, aku tak ingin membaca ulang buku tersebut. Terutama novel. Menurut aku baca novel itu menariknya sekali aja. Karena masih penasaran sama jalan ceritanya. Setelah itu kan udah tau endingnya, gak menarik lagi. Jadi ini semua hanya untuk tujuan koleksi.
Tapi dari sudut pandang gaya hidup minimalis, dikatakan bahwa barang-barang yang kita simpan yang sudah tidak kita butuhkan, mungkin menjadi tumpukan sampah yang hanya makan tempat untuk penyimpanan di rumah kita. Dimana kita jadi butuh wadah khusus untuk menyimpannya, dan untuk beli wadah itu kita juga butuh duit, dan tak hanya itu, rumah jadi tampak penuh dan sumpek. Ditambah lagi, kita butuh waktu khusus untuk membersihkannya. Memang secara berkala aku membersihkan debu-debu di rak buku itu. Dan yang paling membuatku tersadar adalah, mungkin di luar sana ada orang yang lebih membutuhkan buku-buku itu.
Jadi waktu itu, aku memutuskan untuk menjual buku-buku itu ke tukang buku bekas. Aku memilah-milah buku yang aku masih akan baca, salah satunya buku resep masakan, dan buku-buku Rohani yang masih ingin aku baca. Selain itu aku jual semua. Emang harga jualnya murah banget dibanding harga belinya, tapi tak apa-apa juga. Yang penting buku ini bisa berguna untuk orang lain yang lebih membutuhkannya.
2. Tas dan hadiah-hadiah dari Oriflame
Aku pernah share salah satu alasanku menekuni bisnis Oriflame adalah karena naksir hadiah-hadiahnya. Biasanya dompet, tas atau peralatan dapur. Tiap bulan biasanya ada hadiah baru dan semua itu sangat menarik bagiku. Aku bersedia melakukan apapun untuk mendapatkan hadiah-hadiah itu. Mulai dari jualan produk sampai beli sendiri produknya demi dapat hadiah.
Aku sadar, sebenarnya aku tak selalu butuh hadiah-hadiah itu. Misalnya tas, walau aku begitu senang saat aku mendapat hadiah tas tapi aku tak selalu pakai juga semua tas itu. Biasanya aku pakai satu tas aja dan jarang ganti-ganti. Tas yang lain hanya tersimpan di lemari dan seringkali aku malah lupa bahwa aku punya tas-tas itu.
Dan saat aku membaca tentang minimalist, aku menyadari, aku tak butuh semua tas ini. Tak butuh memakai tas sebanyak ini dan tak butuh juga menyimpan tas sebanyak ini. Buat apa?
Jadi dengan kesadaran itu, aku mulai bagi-bagiin tas atau produk hadiah-hadiah yang aku dapat dari Oriflame. Aku kasih sodara, teman kantor atau siapapun yang kira-kira mau. Aku nawarin dulu sih, memastikan bahwa barang itu akan berguna di tangan mereka. Jadi bisa kepake dan bermanfaat, bukan malah nyampah juga di rumah mereka.
3. Buku catatan harian
Aku punya satu tas besar khusus menyimpan buku catatan harianku selama ini. Aku menyimpannya seperti menyimpan berlian. Berharga dan strictly confidential. Isinya macam-macam, tulisan tentang doa dan harapan, puisi-puisi hati yang galau, dan curhat-curhatan di kala dada sesak dan cerita-cerita kisah yang telah terjadi, trus beberapa halaman corat coret dan itung-itungan pemasukan dan pengeluaran dana setiap bulan. Sebenarnya bukan hal yang rahasia-rahasia banget sih, tapi aku merasa ini bersifat pribadi jadi aku menyimpannya di tempat yang serahasia mungkin dan menghindarkannya dari jangkauan anak-anak apalagi orang dewasa.
Agenda atau buku harian itu adalah salah satu barang berhargaku dan selalu kubawa kemanapun aku pindah rumah. Membawa mereka seperti suatu kewajiban hampir sama pentingnya dengan membawa ijazah-ijazahku.
Tapi buku-buku ini juga makan tempat khusus di lemari dan makan tempat khusus di pikiranku. Setiap saat aku mau pergi-pergi, aku takut ada orang yang baca buku rahasia ini.
Aku akhirnya memutuskan untuk membakar buku-buku itu. Aku scan beberapa yang menurutku layak untuk disimpan dan aku simpan softcopy filenya. Dan semua buku hardcopynya aku bakar.
Saat aku melakukan ini, aku merasakan kelegaan yang luar biasa besar!
4. Baju-baju dan sepatu yang udah gak pernah dipake
Aku termasuk jarang beli baju-baju sih, tapi tetap aja, di rumah terdapat banyak tumpukan baju yang aku udah gak pernah pake. Selama ini selalu disimpan dengan alasan mungkin suatu hari nanti masih akan dipakai. Tapi ternyata setelah suatu hari nanti itu tiba, tetap aja aku tak ingin memakainya lagi. Kalau istilah yang biasanya dipakai para penganut minimalist lifestyle, ini udah gak “sparks joy”.
Jadi aku memilah-milah baju tersebut. Yang udah gak layak pakai aku buang dan kalau bahannya memungkinkan, dijadikan kain lap. Kalau masih bagus dan ada yang mau pakai, aku kasih ke orang lain.
Aku ingin sih mulai menerapkan system capsule wardrobe dimana kita membatasi jumlah pakaian yang kita punya, tapi aku masih dalam proses ke sana. Saat ini yang mulai rutin aku lakukan adalah melakukan declutter tiap bulan. Biasanya ada baju-baju yang udah gak layak pakai, aku pisahin. Dan hal ini membuat isi lemariku tetap stabil dan hanya berisi baju yang memang aku ingin pakai.
Selanjutnya, secara berkala aku membersihkan isi kulkas, memeriksa bahan-bahan makanan di dalamnya, bila sudah expired atau sudah tidak layak dikonsumsi, akan segera aku buang.
Demikian juga perabotan dapur. Bila sudah rusak dan tak bisa diperbaiki atau sudah tak layak pakai, aku tak mau simpan-simpan. Aku buang aja.
Demikian juga alat-alat mandi di kamar mandi. Misal botol sampo yang udah kosong tapi tetap ditumpuk di tempat sabun, aku bersihin secara berkala. Yang ada di kamar mandi adalah yang masih bisa dipakai, kalau tak ada gunanya, singkirkan!
Begitupun dengan alat-alat make up, yang udah expired aku buang. Aku punya banyak alat makeup waktu aku ikutan kursus make up dulu. Aku tau, aku tak ingin pake produk-produk itu lagi. Jadi ngapain juga disimpan-simpan.
LEGA! Itulah suatu bentuk perasaan yang aku rasakan setiap kali selesai declutter. Dan dengan barang-barang yang gak menumpuk, aku jadi merasa rumah lebih rapi dan lebih mudah dirapikan.
Selain itu, aku juga lebih berkesadaran waktu mau beli sesuatu. Gak asal beli, tapi mengutamakan manfaat dan kualitasnya.
No comments:
Post a Comment