Pernahkah kamu merasa terganggu dengan kesalahan penulisan pada suatu artikel? Misalnya kesalahan ketik atau typo, salah penempatan tanda baca, salah penggunakan kata, yang akhirnya bikin kamu malas baca artikel itu?
Photo by Nick Fewings on Unsplash |
Bila kesalahan penulisan hanya terdapat pada satu atau dua kata mungkin masih bisa dimaklumi. Namanya juga manusia, tak lepas dari kekhilafan.
Tapi kalau dalam satu tulisan terdapat banyak salah penulisan, kita mungkin terganggu dan membatin, "Ini orang kok tulisannya nggak dibaca dulu ya sebelum diposting?"
Nah, sekarang kamu tau, bahwa tulisan yang begitu tidak enak dibaca kan? Sebagai penulis, kamu juga perlu introspeksi. Mungkin saja tanpa disadari, kamu juga pernah melakukan kesalahan penulisan karena belum tau bagaimana penulisan yang benar.
Makanya kali ini saya mengajak kamu mengikuti Pelatihan Menulis PGRI asuhan Omjay gelombang 27 pertemuan 13 yang bertema Proofreading.
Narasumbernya adalah Bapak Susanto, S.Pd yang dikenal dengan panggilan Pak D. Seorang pendidik di SD Mardiharjo Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Beliau juga seorang penulis, editor dan kreator konten. Beliau dijuluki polisi bahasa oleh rekan penulis lain, karena sering mengoreksi tulisan mereka yang cara penulisannya belum benar.
Pak Susanto menjelaskan bahwa proofreading adalah tahapan yang penting bila kita berniat menerbitkan tulisan kita pada khalayak luas. Baik dalam bentuk artikel di koran, media online maupun buku. Tujuan kita membagikan tulisan kan untuk dibaca orang lain, jadi kita perlu memposisikan diri kita sebagai pembaca.
Memosisikan diri sebagai calon pembaca, berarti membaca utuh tulisan kita yang sudah diselesaikan.
Apakah kalaimat “X” bisa dipahami dengan mudah?
Apakah kalimat saya kepanjangan (idealnya, paling banyak 20 kata dalam satu paragraf)
Apakah ada yang salah ketik?
Apakah penggunaan tanda bacanya benar?
Apa itu Proofreading?
Proofreading atau uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan secara cermat untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam tulisan tersebut. Kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata.
Seorang penulis sebaiknya juga adalah seorang proofreader setidaknya untuk tulisannya sendiri.
Photo by Super
Snapper on Unsplash
Apakah Tugas Seorang Proofreader
Lebih lanjut Pak D menjelaskan, Tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan yang sedang ia baca bisa diterima logika dan dipahami. Untuk itu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Apakah sebuah kalimat efektif atau tidak?
- Susunannya sudah tepat atau belum?
- Substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak?
Apa Saja Langkah-langkah Proofreading?
Berikut ini langkah-langkah proofreading yang perlu kamu lakukan setelah selesai menulis.
1. Merevisi draf awal teks
Membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan, atau menghapus seluruh bagian.
2. Merevisi penggunaan bahasa
Memperbaiki kata, frasa, dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.
Hal ini penting dilakukan untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat kalimat yang ambigu.
4. Mengecek ejaan
Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit. Di samping itu, harus diperhatikan juga pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI, konsistensi nama dan ketentuannya. Perhatikan pula judul bab dan penomorannya
Hindari
kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata
dan penyingkatan kata. Kamu bisa memastikan apakah suatu kata baku atau tidak dengan melihatnya di KBBI seperti contoh di gambar ini:
Hindari memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya.
Perhatikan penggunaan huruf besar dan huruf kecil.
Perhatikan perbedaan penggunaan kata depan (di) dan (ke) dengan imbuhan (di-) dan (ke-) sebagai berikut.
Kata depan (di) dan (ke) ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Ciri khas dari kata depan adalah diikuti oleh kata yang menunjukkan tempat (benda).
Sedangkan imbuhan (di-) dan (ke-) ditulis disambung/digabungkan dengan kata yang mengikutinya.
Ciri khas dari imbuhan adalah disambung dengan kata kerja.
Misalnya: di + peluk >> Dipeluk
Perhatikan cara menggunakan tanda baca dan tanda hubung, seperti contoh berikut:
Demikian beberapa contoh aturan penulisan yang benar menurut KBBI dan PUEBI.
Apa perbedaan Proofreading dengan Editing (Swasunting)?
Proofreading merupakan proses untuk menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.
Pengeditan merupakan proses yang melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa agar sesuai dengan ciri khas suatu penerbit.
Kapan Sebaiknya Melakukan Proofreading?
Memeriksa tulisan dilakukan setelah tulisan selesai, BUKAN ketika kita sedang melakukan penulisan atau saat tulisan masih separuh jalan atau baru dua paragraf. Bisa-bisa malah nggak jadi tulisannya.
Photo by hannah
grace on Unsplash
Nah, demikian penjelasan mengenai proofreading yang perlu kamu pelajari untuk jadi penulis hebat yang menghasilkan tulisan-tulisan berkualitas.
Sampai disini mungkin kamu mulai berpikir tampaknya belajar menulis itu ribet ya? Masih pusing mikirin cara merangkai kata, sudah dijejali lagi dengan segala aturan bikin tulisan yang baik dan benar.
Pesan dari Pak D ini mungkin bisa menghiburmu, “Teruslah menulis! JANGAN TAKUT dengan kesalahan ejaan dan sebagainya. 'Kan itu kegiatan akhir setelah menulis. Jadi, Jangan selesai menulis langsung klik publish, ya. Lambat-lambat saja, yang penting tulisannya enak dibaca.”
Wah, bagus sekali resumenya.
ReplyDeleteTerima kasih Pak D
Delete