“Love does not consist of gazing at each other, but in looking together in the same direction.” – Antoine de Saint-Exupery
Photo by Maria Teneva on Unsplash |
Pernahkah kamu mendengar orang berkata bahwa rasa kecewa itu disebabkan oleh harapan kita yang terlalu tinggi terhadap sesuatu? Semakin besar kita berharap, semakin besar rasa kecewa yang bisa terjadi.
Untuk beberapa keadaan aku merasa perkataan itu benar adanya. Apalagi saat aku berharap seseorang seharusnya melakukan ini itu tapi dia tidak melakukannya. Hasilnya memang rasa kecewa.
Dalam hal traveling aku pernah mengalaminya saat pertama kali ke Bali bersama 2 orang sahabatku ketika baru lulus kuliah. Ketika itu aku merasa bahwa traveling ke Bali adalah suatu dream comes true. Bagiku Bali adalah Suatu tempat wisata yang begitu indah yang terletak jauh dari tempat tinggalku. Selama ini aku hanya bisa mengaguminya dari layar TV dan gambar-gambar di kelender. Aku sangat excited membayangkan akan berada di sana. Aku pikir kedua sahabatku pun merasakan hal yang sama. Excited!
Kami sudah beli tiket pesawat pulang pergi dari traveloka sekitar 6 bulan sebelum keberangkatan. Kami pun mulai sering membahas hal-hal apa saja yang akan kami nikmati di Bali, membayangkan alangkah indahnya suasana disana. Kami juga membahas pakaian-pakaian cantik yang akan kami pakai untuk terlihat bagus di foto, caption yang bagus untuk status di medsos dan hal-hal remeh temeh lainnya.
Saat kami akhirnya tiba di Bali, hari pertama kami sangat bahagia. Namun, ternyata ada masalah yang terjadi kemudian. Kedua temanku punya harapan dan keinginan yang berbeda selama kami disana. Temanku yang satu ingin ke tempat A, temanku yang satu lagi ingin ke tempat B, teman yang satu ingin melakukan kegiatan A, teman yang satu lagi ingin melakukan kegiatan B.
Suatu hal yang akhirnya
membuat traveling pertamaku ke Bali berakhir tak Happy ending dan berakibat persahabatan kami jadi bubar.
Photo by Brendan Church on Unsplash |
Seiring waktu, aku mulai sering traveling dengan teman kantor. Dari pengalaman travelling bersama teman kantorku, aku belajar membuat persiapan dan perencanaan perjalanan yang matang. Ada itinerary yang disetujui semua peserta, ada penanggung jawab untuk tiket, penginapan dan rental mobil, bahkan untuk mendaftar pada event yang kami mau kunjungi di tempat tertentu. Rincian budget pun jelas sehingga tak menimbulkan drama-drama yang tidak perlu.
Dari hal itu aku sadar, kesalahan kami waktu pertama kali ke Bali itu. Kami semua punya ekspektasi yang berbeda dan tidak mengkomunikasikannya. Masing-masing menyimpan ekspektasinya dalam hati. Aku beruntung karena memang tak ada ekpektasi khusus. Diajak kemana aja aku senang selama itu namanya di Bali. Satu orang sahabatku memang secara aktif mengajak diskusi untuk rencana perjalanan. Tapi sahabatku yang satu lagi selama kami ngomogin rencana ke Bali memang tak banyak bicara. Lebih banyak berkata terserah aja. Dan baru ketahuan setelah di Bali ternyata dia punya banyak ekpektasi. Sehingga saat kami jalan ke suatu tempat yang tidak sesuai dengan ekpektasinya, dia protes dan kesal. Tentu saja tak salah untuk punya ekspektasi tertentu. Kalau saja dia terbuka dan berkomunikasi dari awal.
Setelah menikah, aku lebih sering travelling bersama pasangan. Aku beruntung suamiku juga suka traveling. Bedanya, kalau aku suka ke tempat wisata dengan pemandangan alam yang indah, seperti pantai, suamiku lebih suka wisata kulinernya. Namun tak jadi masalah bila dikomunikasikan dari awal. Lagian kan itu saling melengkapi. Lihat pemandangan indah sambil menikmati makanan enak adalah dua hal yang penting.
Menurutku traveling bersama pasangan alias teman hidup adalah suatu hal yang menyenangkan. Bersama kita melihat dunia dan belajar banyak hal. Mengunjungi tempat-tempat indah yang belum pernah kita datangi, bertemu dengan orang-orang baru, belajar budaya yang berbeda, belajar mengelola perjalanan, belajar menghadapi masalah-masalah yang ada dan banyak hal indah yang bisa kita dapatkan. Suatu moment yang membuat kami lebih dekat dan lebih mengenal satu sama lain.
Saat ini aku dan suami
sedang merencanakan liburan ke Lombok tahun depan. Ini kali pertama kami ke
Lombok. Rencananya kami akan travelling dengan anak kami yang masih umur 2 tahun.
Photo by Mitch Hodiono on Unsplash |
3 alasan kenapa aku ingin sekali ke destinasi tersebut adalah:
1. Pantai Tangsi atau Pantai Pink
Aku suka wisata pantai dan Lombok terkenal dengan banyak pantai yang indah termasuk Pantai Pink ini. Pantai Pink, seperti namanya memiliki pemandangan pasir merah muda dengan air laut yang jernih dan tenang. Jadi cocok untuk berenang dan berwisata bersama keluarga yang membawa anak-anak. Sudah lama aku tergoda dengan berita keindahan pantai ini. Berdasarkan artikel yang aku pernah baca, pantai Pink di Lombok ini adalah satu dari 7 pantai pink yang ada di dunia.
2. Pantai Kuta Mandalika
Pantai yang jaraknya tak jauh dari Sirkuit Mandalika ini terkenal juga dengan keindahannya. Apalagi terdapat banyak penginapan dan fasilitas lain dan banyak aktivitas seru yang bisa dilakukan di tempat ini. Sirkuit Mandalika sendiri jadi begitu popular sejak jadi tuan rumah MotoGP 2021. Jadi penasaran pengen kesana juga.
3. Wisata Kuliner di Lombok
Sate bulayak, Ayam taliwang, Sayur ares, Ayam raring, Nasi balap puyung, Sambal beberuk terung, adalah beberapa nama makanan khas di Lombok yang lihat di internet. Belum pernah nyobain, tapi tampaknya sangat menggoda.
Traveling bersama orang yang menyenangkan adalah penting, namun persiapan yang matang adalah satu hal yang penting juga. Jangan sampai mengalami kejadian tak asik seperti yang pernah aku alami bersama sahabat-sahabatku itu.
Sangat beruntung ada aplikasi traveloka yang memberikan banyak informasi mengenai wisata ke Lombok. Terdapat informasi mengenai harga tiket pesawat dan informasi tempat recommended untuk menginap di sana dan masih banyak fasilitas lain.Hotel Jeeva Beloam Beach Cabin ini adalah tempat
menginap yang jadi whislist aku saat nanti ke Lombok nanti.
Sumber: Traveloka |
Letaknya di pinggir pantai, jadi dari kamar bisa lihat pantai yang sangat indah.
Sumber: Traveloka |
Berdasarkan review yang aku lihat di aplikasi Traveloka, hotel ini dapat rating 9. Wow! Bangunan berbentuk rumah adat suku Sasak dari Lombok dengan nuansa kayu yang memberi kesan adem. Ukurannya pun cukup luas. Membayangkan aku berada disana, staycation bersama suami dan anak kami, rasanya sudah begitu excited.
Sumber: Traveloka |
Sumber: Traveloka |
Tapi harus nabung dulu
nih...harga nginap nya disana sekitar tiga jutaan per malam. Lumayan sih
menurut aku. Tapi tak boleh menyurutkan semangat. Apalagi dengan booking di
Traveloka Hotel ada banyak promo menarik.
Sumber: Traveloka |
Seperti prinsip sesuatu tercipta dua kali, pertama dalam pikiran, kedua dalam kenyataan. Yang penting bikin perencanaan aja dulu. Kalau untuk ngebayangin dalam
pikiran saja kita gak berani, gimana mau bikin rencana? Kalau gak bikin rencana
yang matang, gimana mau kejadian? Bagaimanapun juga liburan lagi adalah penting!
"Yuk ‘#LihatDuniaLagi dan bikin #StaycationJadi’ dengan Traveloka! Langsung meluncur ke Traveloka lewat link ini: https://trv.lk/kompetisi-lihatdunialagi-bloggerperempuan
No comments:
Post a Comment