Media sosial, Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat!
Saya sering mengucapkan kalimat itu ketika sedang berkumpul bersama keluarga besar.
Waktu berharga ini alih-alih digunakan untuk asik ngobrol malah asik dengan
ponsel masing-masing. Sibuk poto-poto untuk di share di media sosial dan sibuk
balas-balas komentar orang di postingan tersebut.
Sebagian besar dari kita mungkin punya akun media sosial seperti Instagram,
Facebook atau Twitter dan lainnya. Kemajuan teknologi memang membawa banyak kemudahan
dalam hidup kita, baik untuk mencari informasi atau untuk bersosialisasi.
Kendati banyak manfaatnya, ternyata media sosial juga bisa membawa pengaruh
buruk terhadap kualitas hidup seseorang.
Pernahkah kamu merasa stress, tertekan atau merasa nelangsa setelah lihat
postingan seseorang di media sosial? Merasa hidupmu tidak seberuntung
orang-orang yang share tentang hidupnya yang tampak bahagia? Atau merasa
kesulitan untuk fokus pada suatu pekerjaan karena keinginan untuk terus menerus
mengecek sosial media?
Bila sudah begini, ada baiknya kita melakukan sosial media detox atau puasa
medsos.
Sosial media detox adalah upaya membatasi akses ke berbagai situs atau aplikasi
jejaring sosial, baik untuk sementara maupun permanen.
Bagaimana caranya?
Berikut ini beberapa langkah yang bisa kamu lakukan:
1. Merencanakan program sosial media detox selama durasi tertentu. Misalnya
selama 2 Minggu, atau 1 bulan.
2. Hapus semua aplikasi media sosial yang ada di ponsel atau gadget kamu selama
durasi waktu tersebut.
3. Fokus melakukan kegiatan yang lebih berguna untuk mengisi waktu. Misalnya
olahraga, membaca buku, bermain bersama anak, melakukan hobi atau berbenah
rumah.
4. Kembali berinteraksi dengan orang di sekitar kamu secara langsung
Awalnya mungkin tidak mudah untuk melakukan hal ini, namun kamu akan melihat
manfaat baiknya saat kamu selesai melakukannya.
Apa saja sih manfaat sosial media detox?
1. Meningkatkan Produktivitas
Keseringan mengecek media sosial seringkali membuat fokus kita terbagi. Sehingga
pekerjaan yang seharusnya selesai lebih cepat jadi lebih lama. Atau bahkan
tidak kunjung selesai.
Photo by Carl
Heyerdahl on Unsplash
Seringkali kita niatnya lihat media sosial hanya sebentar, tapi begitu
banyak konten yang menarik yang membuat kita lupa waktu sampai tau-tau udah
sekian jam berlalu tanpa kita melakukan sesuatu yang berarti.
Media sosial detox perlu kamu lakukan terutama saat kamu sedang ingin fokus
mengerjakan suatu proyek yang butuh konsentrasi tinggi. Misalnya menyelesaikan
skripsi atau naskah buku.
2. Makin sehat secara fisik dan mental
Mengganti kegiatan yang tadinya lebih banyak terfokus pada media sosial dengan
berbagai aktivitas yang produktif akan memberikan efek positif terhadap
kesehatan mental dan fisik.
Yang tadinya bangun tidur langsung lihat Instagram sampai beberapa jam,
sekarang diganti dengan olahraga pagi.
Yang tadinya sebelum tidur masih sibuk scroll media sosial bisa sampai
begadang, sekarang diganti dengan membaca buku atau ngobrol bersama
pasangan.
Photo by Kelsey Chance on Unsplash |
Kita juga meminimalisir merasa tertekan atau iri pada sukses orang lain. Berhenti membanding-bandingkan diri akan membuat kita lebih bahagia dan content dengan hidup kita. Sehingga baik untuk kesehatan mental.
3. Menikmati momen berharga dengan orang tercinta
Momen berharga berkumpul bersama keluarga menjadi lebih bermakna bila kita bisa menikmatinya tanpa sibuk bermain media sosial.
Photo by Madison Oren on Unsplash |
Tentu saja tidak salah share kegiatan bersama keluarga, namun bila itu menjadi suatu obsesi, misal untuk mendapatkan like dari banyak orang, jadinya kita merasa tidak bahagia.
Waktu yang ada berlalu begitu saja dan orang yang kita cintai mungkin juga merasa diabaikan dan kecewa dengan kurangnya perhatian kita.
Media sosial itu adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang seharusnya
membuat hidup manusia jadi lebih mudah. Kita sebaiknya menjadi tuan, bukan
malah diperbudak oleh media sosial ini dengan jadi terbelenggu. Seolah kita tak
berdaya mengendalikannya.
Mari bijaksana dengan penggunaan waktu dan media sosial kita.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti tantangan menulis 30 hari di Kompasiana - Day 9
No comments:
Post a Comment