Photo by Omar Lopez on Unsplash |
Bagiku moment pasca melahirkan adalah moment yang sangat mengaduk-aduk emosi perasaanku. Perasaanku begitu sensitif.
Pada saat itu aku merasakan sedih yang nggak jelas kenapa. Sering merasa
ingin menangis. Saat lihat suamiku, aku nangis terharu. Saat lihat jari-jari
bayiku yang kecil-kecil, rasanya ingin menangis. Lihat bayiku menangis, aku
juga jadi pengen menangis.
Aku merasakan emosi yang tidak stabil dan mudah tersulut.
Aku takut pada tindakan dan saran orang lain terhadap bayiku yang aku pikir
bisa berakibat buruk.
Aku juga dipenuhi ketakutan apakah aku bisa menjadi ibu yang baik untuk anakku.
Mungkin hal ini disebabkan oleh perubahan kadar hormon yang cukup drastis
setelah melahirkan.
Dalam kondisi jiwa yang sedang kacau begitu, aku menyadari, orang-orang
tertentu tidak selalu mengerti bagaimana sebaiknya berkata atau bersikap
terhadap si ibu baru lahiran ini.
Ada beberapa komentar atau pertanyaan tertentu dari orang lain yang bikin aku
langsung emosi jiwa.
Bagiku 3 pertanyaan ini sangat mengganggu.
1. Lahirannya normal atau caesar?
Pertanyaan ini menurutku terdengar kurang berperikewanitaan.
Aku merasa bahwa orang-orang berpikir melahirkan dengan operasi Caesar tidak
se mulia melahirkan normal.
Atau mungkin memang orang lain benar-benar pengen tau proses lahirannya? Tapi
penting banget kah kita harus tau cara lahirannya?
2. Pertanyaan lanjutan yang selalu hadir bila jawabannya caesar adalah: Kenapa caesar?
Setiap cara lahiran yang dilakukan seorang ibu, pasti butuh perjuangan. Pilihan
untuk lahiran normal atau caesar pun pasti ada alasannya secara medis. Kita tak
perlu mempertanyakan lebih detail alasan-alasannya.
Seperti yang aku alami ketika lahiran, aku akhirnya lahiran secara caesar
setelah diinduksi untuk lahiran normal. Usia kandunganku sudah 40 minggu tapi
belum ada kontraksi. Jadilah diinduksi untuk merangsang kontraksi biar cepat
lahiran normal. Proses induksi selama hampir 24 jam itu sangat menyakitkan,
namun ternyata tidak berhasil sehingga akhirnya aku harus operasi caesar.
Waktu itu saat ngobrol dengan beberapa teman yang tau aku udah lahiran, hampir
selalu pertanyaan itu ditanyakan. Dan aku harus berusaha menahan emosi tingkat
tinggi untuk tetap menjawab dengan sopan.
Untuk sekian kali, usahaku berhasil. Aku tidak emosi. Namun ada saat dimana aku
kelepasan dan menjawab ketus salah satu teman yang bertanya tentang kenapa aku
lahiran Caesar.
Saat itu dia nanya, "Lahirannya normal atau caesar?" Aku jawab,
"Caesar". Eh dicecar lagi, "Kenapa caesar?" Aku jawab,
"Yah, dokternya menyarankan begitu." Maksudku adalah biar dia
berhenti bertanya tentang itu. Eh, malah ngejar lagi dengan pertanyaan,
"Iya, tapi kan pasti ada alasan kenapa dokter bilang gitu?" Ya ampun!
Darahku langsung mendidih dibuatnya.
3. Berapa berat badan dan tinggi bayinya?
Kalau misal bayinya lahir normal dengan bb dan tb normal, orang tuanya
mungkin akan tanpa beban mengatakannya.
Gimana dengan orang tua yang lahiran anak premature yang bb nya biasanya sangat
rendah di bawah normal? Tidakkah pertanyaan itu akan menyulut kesedihan di
hatinya?
Walau bayiku lahir dengan tinggi dan berat normal, tapi tetap saja aku merasa
terganggu dengan pertanyaan itu.
Buat apa sih dia perlu tau informasi itu? Untuk bahan pertimbangan apa? Mau
beli kado baju, biar tau ukurannya gitu? Nggak kan? Kalau mau beli kado juga
paling beli yang buat newborn.
Dari beberapa orang yang menanyakan hal menjengkelkan itu, aku tau, mereka
bertanya itu hanya sekedar untuk basa basi. Katanya itu hal yang umum
ditanyakan kalau orang habis lahiran.
Mungkin memang itu hal yang biasa. Namun keadaanku yang baru melahirkan waktu
itu tak menilai itu biasa.
Namun, ada juga kok, beberapa pertanyaan yang aku suka ketika itu. Mungkin ini
bisa jadi alternatif kalimat basa-basi yang lebih enak didengar oleh ibu yang
baru saja melahirkan.
1. Anaknya cowok atau cewek?
Ini pastinya masih wajarlah untuk jadi hal pertama yang kita tanyakan saat ada
bayi baru lahir.
2. Siapa nama anaknya?
Ini juga enak dengernya, karena biasanya tiap orang tua sudah mempersiapkan
nama untuk anak bayinya. Kesempatan deh pamer nama plus arti dan doa di balik
nama yang udah dirancang sebagus-bagusnya itu.
3. Mau dikadoin apa?
Menurutku ini adalah pertanyaan yang paling enak didengar!
Asli ini bikin aku senang.
Ketika itu pertanyaan ini ditanyakan oleh seorang sahabat. Kebetulan sekali waktu itu aku ada produk bayi yang lagi diincar dan pas ditanya begitu, langsung lah aku request. Dan senengnya lagi, langsung juga dipesan dan dikirim dari toko online.
Hal itu telah membuat hariku jadi lebih menyenangkan.
Tentu saja bukan karena hal materi, tapi karena perhatian tulus dari seseorang yang bijaksana dalam bersikap tepat di situasi yang tepat.
Menurutku, mengetahui kondisi jiwa ibu baru lahiran yang emosional, perlu
sekali kita menjaga perkataan untuk berkomentar atau bertanya sesuatu.
Mungkin saja niat kita baik atau hanya bada-basi, tapi si ibu yang mendengarnya
malah tambah stress. Jangan sampai tanpa kita sadari, kita sudah bikin orang
lain terluka.
Tulisan ini dibuat untuk mengikuti tantangan menulis 30 hari di Kompasiana - Day 28
No comments:
Post a Comment