Friday, December 16, 2022

  Untuk Apa Semua Penderitaan Ini

Photo by Faris Mohammed on Unsplash

 

Pada umumnya setiap orang ingin menunjukkan hal yang baik saja dalam kehidupannya. Lebih suka membagikan kisah sukses dan pencapaian-pencapaiannya.

Manusia sejatinya ingin selalu tampak sempurna dan tak bercela. Tak ingin tampak seperti orang susah dan gagal. Kita berpikir bahwa kita takkan bisa menjadi berkat bagi orang lain bila kita masih hidup susah.

Namun taukah kamu bahwa kegagalan dan penderitaan yang kita alami bisa saja berguna bagi orang lain.

Maaf sih? Bagaimana bisa?

Berikut ini adalah 3 kisah penderitaan orang lain yang kemudian memberikanku berkat kekuatan hati dan pencerahan pikiran.

1. Kisah wanita, rekan kerjaku, yang kehilangan rumahnya karena bencana alam


Aku tau bagaimana perjuangan wanita ini, yang merupakan seorang single parent, dalam membangun rumahnya. Beberapa tahun dia menabung untuk mulai mencicil bahan-bahan bangunannya.

Dia membuat design rumahnya dengan semangat dan memantau progress pembangunannya dengan penuh harapan indah. Membayangkan bagaimana ruangan demi ruangan itu akan dia tempati bersama anak-anak terkasihnya.

Segenap daya dan upaya kerja kerasnya dia kerahkan untuk mencukupkan dana demi pembangunan rumah itu.

Sekitar dua tahun berjalan, pembangunan rumahnya sudah mulai selesai. Dia tak sabar untuk segera menempati rumah impian itu.

Namun...tanpa diduga, suatu bencana alam membuat rumah itu terpaksa digusur! Rumah impian itu tak akan pernah dihuni olehnya.

Saat mendengar kabar itu, aku turut merasa prihatin. Pasti wanita itu sangat sedih dan kecewa.

Pada suatu hari, aku kehilangan suatu barang di rumahku. Aku merasa sangat kesal dan sedih. Bagiku barang itu harganya lumayan mahal. Aku terduduk lemas saat mengetahui bahwa barang itu telah dicuri orang. Aku yang tadinya mau beres-beres menjadi kehilangan semangatku. Merasa semua kerja kerasku sia-sia.

Saat aku terduduk lemas itu aku merenung dan teringatlah aku pada kejadian yang menimpa wanita tadi.

Apa yang aku alami ini belum seberapa dibanding wanita itu. Aku hanya kehilangan satu barang, bagaimana dengan wanita yang kehilangan seluruh rumahnya itu?

Dengan pemikiran itu aku jadi menemukan kekuatan baru dan tak terlalu pusing lagi dengan barang hilang itu.

2. Seorang sepupu yang suaminya didiagnosa terkena kanker di tangannya sehingga harus diamputasi


Mereka baru menikah sekitar setahun, sepupuku sedang hamil tua saat mereka mengetahui diagnosa itu. Sungguh suatu hal yang mencekam. Mengetahui sebuah penyakit kanker sedang berada di dalam tubuh suaminya.

Dokter menyarankan tangan pria itu diamputasi untuk mengindari sel kanker itu menyebar ke bagian tubuh lain.

Aku sedih saat mengetahui keadaan mereka.

Pada suatu hari...aku di KRL pulang kerja. Seperti biasa, berdiri berdesakan bersama penumpang lain. Aku biasa mendengarkan musik dari hape dengan pakai earphone.

Beberapa saat setelah masuk KRL dengan kerumunan penumpang lain, aku masih merasakan bahwa aku masih mendengar musik dari hape.

Tak begitu lama setelah pintu KRl ditutup, aku sadar, musik itu berhenti. Aku segera mengecek keberadaan hape yang tadi aku taroh di saku celanaku.

Ternyata hape itu sudah tak ada. Aku panik. Aku berusaha bertanya pada penumpang lain, dan minta tolong untuk dicari di kolong siapa tau terjatuh.

Namun suasana berdesakan yang begitu sempit tak memungkinkan orang  bergerak leluasa.

Aku makin panik. Aku mencoba bertanya pada orang-orang di sekitarku apakah mungkin ada yang tau.

Orang-orang awalnya berusaha membantu dengan mencoba menelpon ke nomor hapeku. Namun hape itu sudah tak aktif nomornya.

Aku masih panik...tapi tak berdaya berbuat apa-apa. Orang-orang mulai asik dengan dunia masing-masing. Tak lagi peduli padaku yang masih panik.

Setibanya di stasiun tujuan, karena lelah dengan segala kebingungan dan kepanikan sepanjang jalan itu, aku kemudian terduduk lemas dan merenungi kejadian itu.

Aku ingin nangis. Aku sangat marah entah pada siapa...aku menyesali kecerobohanku, aku merasa seperti seharusnya aku masih bisa mendapatkan hape itu kembali. Seandainya tadi aku begini begitu..

Namun kemudian, keadaan yang dialami sepupuku itu terngiang dalam ingatanku. Aku merasa bahwa apa yang aku alami belum ada apa-apanya. Aku hanya kehilangan hape, suatu barang yang bisa aku beli lagi. Tapi suami sepupuku  kehilangan sebelah tangannya dan tak bisa dikembalikan lagi...

Perenungan itu bikin rasa sedihku perlahan surut. Aku pun mulai ikhlas kehilangan hape itu.

3. Anak tetangga yang masih berusia 12 tahun meninggal dunia karena Leukimia


Ketika itu aku berusia 32 tahun, masih single. Desakan untuk segera menikah dari keluarga dekat dan dari khalayak membuatku sangat frustasi. Aku merasa seperti orang yang gagal dan aku hidup dalam kegalauan tanpa arah tujuan.

Kabar kematian anak umur 12 tahun ini, seperti menyadarkanku. Anak ini hanya dikasih jatah hidup selama 12 tahun saja oleh Tuhan. Sementara aku masih hidup sampai sekarang. Usiaku yang sudah 32 itu malah membuatku merasa stress hanya karena aku masih single.

Bila Tuhan masih memberikan aku kesempatan hidup, pasti ada tujuan yang harus kulakukan. Kenapa aku malah mengisi hidupku hanya sibuk mikirin jodoh?

Dari kejadian itu aku mulai mengubah fokus untuk mencari tujuan hidupku dan tak lagi terlalu pusing mikirin jodoh.

Penderitaan  yang pernah mereka alami telah memberkatiku dengan suatu perspektif  dan kekuatan baru.

Jika saat ini kamu sedang mengalami suatu penderitaan, jangan berpikir itu tak ada gunanya. Bisa jadi orang lain menjadi dikuatkan dan diberkati dengan melihatmu tetap bertahan walau di tengah penderitaan itu.

Jangan menyerah...apapun keadaanmu saat ini. Bisa jadi Tuhan sedang memilih untuk menggunakanmu untuk menolong orang lain dengan cara yang kita tidak pernah tau.

 

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti tantangan menulis 30 hari di Kompasiana - Day 19

https://www.kompasiana.com/rosdayanti/6377a5274addee4b1051b182/untuk-apa-semua-penderitaan-ini

 

No comments:

Post a Comment

Bertahan Hidup dan Tetap Waras adalah Suatu Pencapaian

No one is ahead in life, and no one is behind. Everyone is walking their own journey and will reach their destination in their own time. P...