Setelah putus dari pria cinta pertama, aku merasakan seluruh hidupku begitu hampa. Semua harapan-harapan indah tentang masa depan kami pun kandas. Aku merasa hatiku membeku dan hidupku tak punya arah dan tujuan.
Aku merasa begitu kecewa karena pria itu tidak mencintaiku sebesar rasa cintaku padanya. Putus denganku bukan masalah besar baginya. Dengan cepat dia segera menemukan gadis lain. Sementara aku masih sulit melupakannya.
Aku menyesali semua kesalahan yang kulakukan pada pria itu. Aku merasa bersalah karena tidak berusaha cukup keras untuk mempertahankan hubungan itu.
Aku pikir seharusnya aku lebih pengertian. Seharusnya aku tidak menuntut macam-macam. Seharusnya aku memahami kesibukannya. Aku merasa bahwa kegagalan hubungan itu adalah kesalahanku.
Aku akhirnya lulus kuliah saat usia 26 tahun, aku resign dari pabrik tempatku bekerja untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Namun mencari pekerjaan yang lebih baik ternyata tidak mudah.
Pada saat itu aku melihat hidupku sungguh jauh dari apa yang telah dengan rapi kurencanakan. Seharusnya pada usia segitu aku sudah berkarir cemerlang, menikah dengan pangeran impian dan hidup bahagia selamanya.
Namun kenyataan sangat bertolak belakang. Aku hanya seorang pengangguran, miskin, jomblo dan merana oleh sakitnya rasa patah hati.
Usia 26 berlalu melewatiku dan dalam hati aku protes kepada Tuhan, "Tuhan, apa-apaan ini?! Bukan begini loh skenarionya!"
Aku merasa hidupku berada di titik paling rendah. Aku mempertanyakan banyak hal dalam hatiku. Aku memikirkan skenario-skenario yang mungkin terjadi. Seandainya tadinya aku begini, mungkin akan begitu. Seandainya tadinya begitu, mungkin akan jadi begini...
Pada satu titik aku mempertanyakan apakah semua hal yang terjadi dalam hidupku adalah skenario yang dirancang oleh Tuhan, atau hanya akibat dari keputusan dan pilihanku sendiri?
Aku sempat berpikir bahwa Tuhan mungkin tak peduli pada hidupku. Tuhan mungkin sibuk mengurusi hal lain yang lebih penting? Atau mungkin Tuhan tak tau apa yang terbaik untukku? Apakah aku salah berdoa? Apakah Tuhan mungkin salah paham dengan doaku? Apa aku kurang spesifik mengatakannya?
Selanjutnya aku berusaha untuk menolong diriku sendiri dan berusaha berdoa se spesifik mungkin. Seolah ingin mengajari Tuhan caranya menolongku. Seolah aku tau apa yang terbaik untuk hidupku.
No comments:
Post a Comment