Belajarlah dari kesalahan orang lain. Hidup terlalu singkat untuk membuat kesalahan yang sama dengan orang lain. (Chanakya)
Photo by Brett
Jordan on Unsplash
Sejak kecil aku sudah belajar tentang kesalahan yang dibuat oleh Mamak (Ibuku). Suatu kesalahan yang bukan saja membuat dirinya menderita tapi juga anak-anaknya.
Seperti yang aku ceritakan di Cita-cita Masa Kecil, orangtuaku bukanlah pasangan yang akur. Hampir tiap hari mereka bertengkar. Keadaan ini membuatku sebagai anak bertumbuh dalam lingkungan yang tidak aman, penuh ketakutan dan ketidakbahagiaan.
Bapak adalah sosok pria berpenampilan rapi, berwajah tampan dan berkulit putih bersih, memang jauh lebih rupawan dibanding mamak yang berkulit hitam dan wajah biasa-biasa saja. Bapak bekerja sebagai jaga malam di salah satu pelabuhan ikan di Sibolga, kampung halamanku. Sementara Mamak membuka warung sembako di area pelabuhan itu, tempat dimana kami tinggal saat itu.
Mamak adalah seorang wanita kuat dan pekerja keras dan dia sangat rajin bekerja. Apapun dia kerjakan asalkan menghasilkan uang. Sementara bapak, dia hanya bekerja sebagai jaga malam dan menurut pengakuan mamak, bapak tidak pernah memberikannya uang untuk menafkahi keluarga. Hal ini menjadi tidak masalah bagi mamak karena dia bisa mencari uang sendiri.
Mamak begitu ramah dan supel dan mudah akrab dengan orang baru. Sementara bapak lebih pendiam, agak pecemburu dan pemarah. Sangat temperamental. Kadang tanpa sebab yang jelas dia bisa marah-marah dan memukul anak-anak atau istrinya.
Setiap kali bapak pulang dari tempat kerja, aku dan saudara-saudaraku yang lain segera kehilangan ketenangan hidup. Bagi kami Bapak adalah sosok pria yang menakutkan. Kami akan serta merta mencari kegiatan yang bisa dilakukan untuk tampak sibuk agar tidak menyulut kemarahannya. Ada yang tiba-tiba nyapu, ada yang tiba-tiba cuci piring, ada yang tiba-tiba bikin PR. Pokoknya keberadaan Bapak membuat seluruh ruangan berstatus Waspada.
Biasanya pertengakaran mamak dan bapak tak bisa diprediksi sebab musababnya. Yang tadinya mereka sedang ngopi-ngopi sambil ngobrol santai, tiba-tiba intonasi suara satu sama lain semakin meninggi. Status berubah jadi Siaga. Tak lama kemudian, pecahlah perang itu. Status awas! Bapak bisa tiba-tiba memukul atau menendang Mamak, dan Mamak tidak terima. Dia akan berusaha membela diri atau membalas dan terjadilah aksi saling menyerang secara fisik.
Pada saat itu biasanya kami akan berada di sekitar mamak dan bapak yang sedang bergulat atau berkejar-kejaran. Kami berusaha melerai dan mengamankan pertengkaran itu. Suatu pemandangan yang cukup seru dan menegangkan, memacu adrenalin sekaligus menyedihkan…
Aku sangat dekat pada Mamak dan mengasihi beliau. Melihatnya diperlakukan begitu membuatku sangat sedih. Aku sering mendengarkan mamak saat bercerita tentang bagaimana buruknya dia diperlakukan oleh bapak dari sejak awal mereka menikah sampai sudah punya 6 orang anak yang beranjak remaja.
Saat itu aku sering bertanya, kenapa Mamak bisa jatuh cinta pada Bapak? Bagaimana proses mereka bisa berkenalan dan akhirnya memutuskan untuk menikah?
Mamak pun cerita bahwa waktu itu dia sedang dalam keadaan yang sulit dan seperti tak ada pilihan. Dia tidak punya pekerjaan dan menumpang di rumah saudaranya. Suatu hari saudaranya yang punya rumah menyuruhnya pergi dari rumah itu. Dia tak tau harus pergi kemana.
Ketika itu dia baru kenalan dengan bapak sekitar satu bulan. Penampilan bapak yang rapi, kulitnya yang bersih, dan wajahnya yang tampan tampak begitu meyakinkan. Mamak pun tanpa pikir panjang segera menerima ajakan Bapak untuk menikah dan pindah ke kampung halaman Bapak.
Tentu saja masa penjajakan yang mereka lakukan belum cukup lama untuk lebih saling mengenal satu sama lain. Untuk memastikan apakah Bapak, di balik wajah beningnya juga berhati bening.
Saat itu aku bertekad untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dengan mamakku dalam memilih pria yang akan menjadi suamiku nantinya. Selain pria itu harus tampan dan baik hati, hal yang juga jadi bahan pertimbanganku adalah apakah pria ini akan jadi ayah yang baik untuk anakku? Apakah anakku akan berterima kasih padaku karena memilih suami model begini?
Seorang anak tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari orang tua yang seperti apa, tetapi kita sebagai perempuan bisa memilih pasangan yang akan menjadi suami & ayah yang Terbaik untuk anak-anak kita.
No comments:
Post a Comment