Tuesday, February 21, 2023

Menabung untuk Biaya Pernikahan

Photo by micheile dot com on Unsplash

Masih single di usia 30 an membuatku punya banyak waktu untuk melihat dan belajar dari pengalaman orang-orang yang sudah menikah di sekitarku.

Dari cerita curhatan mereka aku menilai bahwa masalah-masalah yang mereka hadapi sebenarnya bisa dihindari atau diminimalisasi dengan berbagai tindakan pencegahan. 

Pada umumnya masalah yang mereka hadapi nggak jauh-jauh dari hal keuangan. Biaya nikah, biaya hidup setelah menikah, bayar utang untuk biaya resepsi nikah, biaya lahiran, biaya beli kebutuhan anak, biaya sekolah dan lain-lain.

Terkait biaya pernikahan, aku sering menyaksikan pasangan-pasangan berusia matang yang setelah lama menunggu jodoh, namun begitu Tuhan kasih jodoh, mereka malah seperti kelimpungan sendiri karena masalah dana untuk biaya pernikahan.

Ini adalah kisah seorang wanita yang akan menikah di usianya yang ke 34. Dia akan menikah dengan pria berusia sekitar 35 tahun. Jadi usia mereka sudah sama-sama matang. Wanita ini sudah lama mencari dan menantikan jodoh. 

Akhirnya jodoh ketemu dan kedua belah pihak keluarga merestui dan mendesak mereka untuk segera menikah. Mengingat umur yang sudah matang. Namun, ternyata pasangan berusia matang ini malah kebingungan sendiri. Mereka ingin segera menikah, tapi dana tak ada. Mereka ingin menunda tapi takut usia makin matang. Mereka pun akhirnya memaksa untuk melangsungkan pernikahan dengan dana yang dipinjam dari berbagai sumber.

Pernikahan ini adalah hal yang sudah ditunggu-tunggu oleh pasangan ini begitupun oleh keluarga besar. Sehingga mengadakan acara resepsi sederhana rasanya tidak cukup. Mereka merasa perlu menggelar pesta besar. Dana yang dibutuhkan untuk pesta besar itu pasti banyak. Jadilah mereka meminjam dana dalam jumlah besar. Pesta berlangsung meriah. Pasangan ini tampak cantik dan gagah seperti raja dan ratu sehari di hari itu. Keluarga besar bersukaria, menari-nari dalam acara pesta. 

Keesokan harinya setelah pesta selesai, pasangan ini menghitung jumlah amplop masuk dari para tamu undangan. Jumlahnya sangat jauh dari cukup untuk membayar utang dalam jumlah besar yang mereka pakai untuk pesta itu. Pasangan baru yang harusnya masih menikmati indahnya masa bulan madu ini mulai panik, marah, bahkan bertengkar saling menyalahkan.

Utang itu pun di kemudian hari bisa jadi sumber masalah bagi pasangan baru menikah ini. Harus membayar hutang yang besar sementara kebutuhan hidup keluarga juga semakin tinggi.

Kisah serupa ini sering kudengar dari berbagai sumber, dan setiap kali aku mendengarnya aku sering berpikir “Loh, selama ini mereka ngapain aja, kok nggak punya persiapan?” Kan mereka menikah di usia matang. Kecuali menikah di usia 20 an, terkendala masalah dana mungkin masuk akal, karena waktu yang singkat untuk menabung. Kalau menikah di usia di atas 30 an seharusnya kan persiapannya sudah lebih matang.

Dari pengalaman mereka aku belajar untuk mempersiapkan diri menuju pernikahan. Selain berdoa minta Tuhan mempertemukanku dengan jodoh terbaik, aku juga mulai menabung untuk persiapan biaya pernikahan. Walaupun ketika itu aku masih jomblo dan belum ada tanda-tanda akan punya pacar apalagi calon suami.

Aku pikir, aku harus punya persiapan bila akhirnya jawaban doa itu tiba. Dalam hal ini termasuk persiapan dana. 

Pada umumnya orang di sekitarku berpikir bahwa wanita seharusnya tinggal terima beres. Biar urusan dana diserahkan ke calon suami aja. Tapi menurutku, wanita juga perlu persiapan. Iya kalau calon suaminya berkelimpahan, kalau dari kalangan biasa aja kan pasti perlu di support juga. 


No comments:

Post a Comment

Bertahan Hidup dan Tetap Waras adalah Suatu Pencapaian

No one is ahead in life, and no one is behind. Everyone is walking their own journey and will reach their destination in their own time. P...