Photo by Bekky Bekks on Unsplash |
“Ya Tuhan…kalau dia memang jodohku, dekatkanlah. Kalau dia bukan jodohku, tolonglah Tuhan, jodohkanlah… “
Doa ini mungkin terdengar lucu, tapi aku sering mengucapkannya setiap kali aku naksir pada seorang pria. Kadang bahkan saat aku baru mengenalnya dan belum tau karakternya.
Aku sering merenungkan, apa jadinya jika Tuhan menjawab YA untuk semua doaku selama ini?
Sebuah ayat di Alkitab berbunyi, “Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Lukas 11:11-13)
Ayat ini menunjukkan bahwa manusia saja berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya apalagi Tuhan, Bapa kita yang di surga. Dia pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Namun apakah kita benar-benar tau bahwa yang kita minta adalah yang terbaik untuk diri kita?
Terkait ayat Alkitab tersebut, orangtua nggak akan ngasih ular kalau anaknya minta ikan. Tapi, bagaimana bila anaknya ternyata minta ular? Orangtua nggak akan ngasih kalajengking bila anaknya minta telur. Bagaimana bila anak itu mintanya kalajengking? Apakah orang tua akan memberikannya?
Sering terjadi di depan kasir swalayan, anak-anak merengek-rengek bahkan nangis guling-guling di lantai minta dibelikan es krim/jajan kesukaannya. Orang tua bijaksana yang tau bahwa makanan itu tidak baik untuk kesehatan anaknya akan menolak permintaan itu. Untuk kebaikan anak itu sendiri
Anak-anak dengan keterbatasan pengetahuannya, berpikir es krim/jajanan itu adalah yang terbaik untuknya. Karena orangtuanya tidak membelikannya, anak itu mengira orangtuanya pelit dan tidak menyayanginya.
Begitu jugalah yang pernah aku rasakan. Dengan skala berpikirku yang terbatas, aku berpikir bahwa pria yang aku minta jadi jodohku merupakan yang terbaik untukku. Aku berpikir harus menikah di usia tertentu adalah yang terbaik. Seperti anak kecil tadi, aku merengek-rengek pada Tuhan. Merasa frustasi karena Tuhan belum mengabulkan doaku dan mulai meragukan kepedulian Tuhan atas hidupku.
Aku kemudian mendapatkan pencerahan saat menonton Film Joseph: King of Dreams yang diangkat dari kisah Yusuf dalam Alkitab. Film ini menceritakan bagaimana Tuhan memproses Yusuf untuk menjadi orang yang hebat di kemudian hari.
Yusuf dari kecil adalah anak kesayangan ayahnya. Dia diperlakukan istimewa di antara saudaranya yang lain. Dari kecil dia tau Tuhan punya rencana besar dalam hidupnya, dia sering mendapat mimpi tentang itu.
Ternyata jalan menuju jadi orang hebat itu tidak semulus yang dia bayangkan. Keadaannya yang serba diistimewakan berubah saat saudaranya yang iri padanya menjualnya jadi budak ke Mesir. Kenyataan yang berbanding terbalik dari mimpinya.
Pada saat itu mungkin Yusuf bingung dan putus asa. Kok jadi begini skenarionya? Tapi dalam bagiannya sebagai budak di rumah Potifar, Yusuf tetap berusaha melakukan yang terbaik. Dia berprestasi dan bos nya Potifar, menjadikannya seorang kepercayaan.
Namun, seperti belum cukup, Yusuf dicobai lagi dengan masalah yang lebih besar. Dia difitnah oleh istri Potifar dan dijebloskan ke penjara dengan tuduhan berniat memperkosa wanita itu. Padahal dia selalu berusaha untuk hidup benar dan kudus.
Saat di penjara, Yusuf merasa kecewa dan seperti tak punya harapan akan masa depan seperti yang dia impikan. Walau demikian, dia tetap berusaha melakukan yang terbaik dimanapun dia berada. Dia pun menjadi kepercayaan kepala penjara.
Pada akhirnya Tuhan menilai dia sudah lulus dari semua test yang perlu dia jalani. Terbukti dia tetap hidup dalam kebenaran dan tetap percaya pada rencana Tuhan akan hidupnya. Saat itulah dengan cepat Tuhan segera membalik keadaannya, yang tadinya napi jadi seorang perdana menteri yang berkuasa di Mesir. Tuhan melihat karakternya sudah teruji dan pantas untuk jabatan itu.
You Know Better Than I
I thought I did what's right, I thought I had the answers
I thought I chose the surest road, But that road brought me here
So I put up a fight and told you how to help me
Now just when I have given up the truth is coming clear
You know better than I, You know the way
I've let go the need to know why for You know better than I
If this has been a test I cannot see the reason
But maybe knowing "I don't know" is part of getting through
I tried to do what's best but faith has made it easy
To see the best thing I can do is to put my trust in You
For You know better than I, You know the way
I've let go the need to know why For You know better than I
I saw one cloud and thought it was a sky
I saw a bird and thought that I could follow
But it was You who taught that bird to fly
If I let You reach me will You teach me?
For You know better than I, You know the way
I've let go the need to know why
I'll take what answers you supply
You know better than I
Ini adalah lyric lagu King of Dreams yang jadi ost film ini.
Lagu ini mengingatkanku bahwa Tuhan tau lebih baik dariku. Tuhan tau apa yang Dia lakukan.
Dengan kebijaksanaanNya yang tinggi, Dia mengatur segala sesuatu untuk kebaikanku.
Tuhan melihat dari sudut pandang yang jauh lebih tinggi dan luas. Bukan saja dari sudut pandang di dunia ini tapi juga dari sudut pandang kekekalan.
Ketika aku belum dewasa rohani, aku merengek-rengek minta ini itu pada Tuhan. Cenderung memaksakan kehendak.
Semakin dewasa seharusnya aku semakin mengerti bahwa Tuhan punya maksud khusus untuk hidupku.
Seharusnya aku nanya apa yang Tuhan ingin untuk aku lakukan. Apakah Tuhan ingin aku menikah atau tidak? Apakah pria ini tepat atau tidak? Apakah pikiran, perkataan dan tindakan yang aku lakukan berkenan kepada Tuhan atau tidak?
No comments:
Post a Comment