The Lessons Learned

Bahagia itu sederhana, sesederhana melihat orang yang kita sayangi bahagia. Saat lagi bosen di rumah dan tak punya budget besar untuk liburan ke luar kota, salah satu kegiatan favorit keluargaku adalah muter-muter kota Jakarta naik Transjakarta.  Transjakarta telah menjadi salah satu moda transportasi favoritku karena lebih nyaman dengan harga yang lebih murah. Hanya dengan Rp 3.500 udah bisa ke berbagai destinasi. Ditambah lagi Di Jakarta banyak tempat wisata yang bisa didatangi dengan gratis. Salah satunya adalah bangunan ikonik Indonesia, Tugu Monas. Bila mau masuk museum sih bayar tiket ya, tapi kalau hanya ingin menghabiskan waktu di halaman Monas, tidak ada biaya. El, anakku yang saat ini berumur 2 tahunan,  senang banget setiap kali naik Bus Transjakarta. Dia begitu bersemangat. Sepanjang jalan nunjuk-nunjuk hal yang dia lihat menarik. Saat kami di Monas dan lihat andong, dia juga senang banget lihat kuda-kuda yang menarik andong itu. Ditambah hiasan bunga-bunga warna w...

"Healing? Emang siapa yang sakit?", jawabku saat menanggapi ajakan teman ngajak jalan-jalan dengan tujuan healing.  "Ayuklah kak, ikut yuk..kapan lagi kita healing-healing", temanku tetap membujuk setengah mendesak. Dalam hati aku berpikir mungkin aku membutuhkan ini. Selama beberapa waktu terakhir aku hanya fokus pada urusan anak dan rumah tangga. Aku sudah begitu berdedikasi pada keluarga. Padahal dulu aku sering jalan bersama beberapa teman cewek di kantor. Namun setelah menikah, plus punya anak, plus situasi pandemi, aku belum pernah jalan lagi sama mereka. Akhirnya saat di rumah aku cerita ke suami tentang ajakan itu dan nanya apakah aku bisa jalan bareng temen-temen kantor aku? Suami aku dengan bijak berkata, "Iya pergi aja, kamu butuh sesekali jalan sama teman kamu, tar anak sama aku aja". Wow! Bijaksana kali pria ini. Sungguh tak  salah aku mempersuntingnya sebagai suami. Akhirnya pada hari yang ditentukan aku dan 3 orang temanku yang lain berangka...

Travel light. Live light. Spread the light. Be the light. – Yogi Bhajan Aku penyuka light packing traveling. Sebisanya cukup bawa satu tas aja biar nggak rempong ngurus banyak bawaan.  Hal ini mungkin mudah bila traveling sendiri. Beda cerita kalau traveling bersama keluarga plus bawa anak bayi. Aku sering dengar para ibu berkata rempongnya udah kayak mau pindahan saking banyaknya perkakas yang wajib diangkut juga. Hal itu sempat jadi dilemaku juga saat pertama kali mudik ke Solo membawa anak kami yang saat itu masih berusia 3 bulan. Aku sangat ribet mikirin berbagai keperluan bayi yang harus dibawa. Termos air, botol susu sampai pompa ASI dan kantong ASIP. Belum pakaiannya, pampers dan obat-obatan buat berjaga-jaga. Aku berpikir keras bagaimana bisa tetap bisa packing dengan ringkas. Saat itu kami yang rencananya mudik hanya satu Minggu merasa perlu untuk bawa barang 2 tas besar. Itupun udah di tekan sekuat tenaga biar tasnya bisa ditutup. Saat kami tiba di Solo dan balik lagi ke ...

Sejak belajar menerapkan gaya hidup minimalis, aku jadi lebih hati-hati sebelum beli suatu barang. Selain memikirkan manfaat jangka panjang suatu produk, kualitas, harga dan tempat penyimpanannya juga jadi bahan pertimbanganku.  Termasuk saat akan beli stroller untuk  bayi. Aku ingin beli hanya satu stroller untuk dipakai ke segala medan perjalanan. Tadinya masih merasa belum butuh karena  masih berasa kuat gendong anak pake gendongan aja. Ketika anakku udah berumur 1 tahun aku mulai berniat untuk beli stroller. Ketika itu kami berencana traveling ke Sumatera untuk waktu yang lumayan lama dengan banyak destinasi yang ingin dikunjungi.. Dipikir-pikir, ini bayik makin hari makin montok. Gendong kesana kemari lumayan juga. Jadi kami putuskan untuk beli stroller. Kami nyari  stroller yang  ringan, cocok dibawa traveling, tangguh untuk berbagai kondisi jalanan, bisa buat naroh barang, bisa buat posisi anak duduk dan tiduran, bisa melindungi dari hujan dan terik matah...

Tampaknya Jakarta sedang mempercantik diri dengan serius. Beberapa fasilitas umum telah direvitalisasi dan membuat penampilannya makin keren dan kekinian. Salah satunya adalah Taman Literasi Martha Tiahahu ini. Taman yang namanya diambil dari salah satu pahlawan perempuan asal Ambon, Martha Christina Tiahahu ini terletak disekitar pusat perbelanjaan dan terminal bus Blok M Jakarta Selatan.  Dulu aku sering melewati daerah ini untuk naik bus dari terminal Blok M, tapi tampilannya ketika itu belum se terawat sekarang.  Setelah direvitalisasi dan dibuka kembali di tahun 2022, taman ini jadi lebih cantik dan menarik minat. Sejumlah fasilitas pendukung seperti perpustakaan, ruang baca, toko buku, kedai kopi, musala, toilet dan taman bermain anak pun disediakan di area taman.  Minggu lalu, setelah selesai berenang di kolam renang Bulungan, aku, suami dan anak kami El mampir ke sini sebelum pulang naik Transjakarta dari Terminal Blok M yang melewati taman ini.  Di depan pin...

Pernah nggak kamu mau liburan dengan keluarga, pas sampai lokasi ternyata zonk.. bukannya seneng malah amsyong. Seorang teman pernah cerita tentang liburan bersama anaknya yang alih-alih bikin happy malah bikin nyesek.  Ketika itu, dia mengajak keluarganya ke salah satu tempat wisata waterpark yang mahal. Niatnya untuk bikin anak-anaknya happy.  Setelah bayar tiket masuk yang katanya habis sekitar 1 jutaan, mereka pun masuk ke area tempat wisata itu.  Begitu masuk tempat wisata, orangtuanya segera mengajak anaknya ekplor berbagai wahana yang tersedia di sana. Di luar dugaan, ternyata anaknya tidak suka dan nangis-nangis minta pulang.  Si orangtua yang merasa sudah mengeluarkan banyak dana untuk masuk ke situ berusaha menenangkan anaknya. Tapi tetap nangis minta pulang. Terpaksalah mereka pulang. Temanku begitu nyesek karena uang 1 juta nya melayang sia-sia!  Ternyata untuk nyenengin anak dan membangun bonding dengan anak tak perlu ke tempat mahal kok. Ini adalah...

"Ayo anak-anak nunduk!" Begitulah seorang ayah memberi instruksi pada anak-anaknya yang masih kecil ketika mobil mereka akan melewati loket pembelian tiket masuk di suatu tempat wisata. Niatnya? Biar petugas loket nggak melihat dan menghitung jumlah anak-anak itu dan jadinya tiket yang harus dibayar pun berkurang dari yang seharusnya. Alias demi menghemat beberapa rupiah. Seperti yang kita tau bersama, anak adalah peniru ulung. Mereka melihat apa yang orangtuanya lakukan dan mengikutinya. Saat orangtuanya menyuruh mereka nunduk alias ngumpet gitu demi biar nggak dilihat petugas loket, kira-kira apa yang akan dipelajari oleh si anak? Yah...anak jadi tau berbohong. Walaupun orangtua sering menasehati anak untuk bersikap jujur dan bahwa bohong itu dosa, tapi secara tak langsung sering lupa untuk memberi teladan yang bisa diikuti oleh anak. Aku beberapa kali melihat contoh yang sering terjadi saat orangtua  jalan ke tempat wisata bersama anakmya. Di suatu taman ada tulisan "...

Dulu setiap liburan ke tempat wisata, aku sering heran melihat ibu-ibu yang jalan sambil bawa anaknya yang masih kecil-kecil dan lagi aktif-aktifnya. Udah gitu bawaannya biasanya banyak banget. Mulai dari tas, segala amunisi konsumsi. Bawaan banyak ditambah kerempongan mengawasi anaknya yang lari kesana kemari. Amazing! Melihat itu aku sering mikir, liburan rempong banget,  mending istirahat aja di rumah. Tapi sekarang setelah jadi ibu, aku baru sadar asiknya jalan-jalan bawa anak. Anakku saat ini berumur 2,5 tahun dan sedang aktif-aktifnya suka lari kesana kemari.  Senang banget diajak jalan dan eksplor hal-hal baru. Bahkan hanya diajak naik angkot atau naik bus Transjakarta aja ekspresinya udah sumringah banget. Jadi mungkin hal itu yang bikin para orang tua senang jalan-jalan bersama anaknya walaupun terasa rempong. Ortunya butuh refreshing sekaligus bikin anak happy juga.  Setiap ada hari libur biasa kami suka jalan-jalan dekat rumah di sekitar Jakarta.  Beberapa...

Beberapa minggu yang lalu saya, suami dan anak kami yang masih balita jalan-jalan ke Perpustakaan Cikini Jakarta.  Aku tertarik ke tempat ini setelah melihat review seseorang di Instagram yang menampilkan video singkat mengenai tempat ini.  Aku dan suami emang suka baca buku,  tapi bukan hanya itu yang membuatku tertarik kesini. Ternyata di sini tersedia juga tempat membaca dan bermain untuk anak. Wah, Cocok banget nih jadi destinasi piknik akhir pekan bersama keluarga. Perpustakaan Jakarta Cikini terletak di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Perpustakaan ini terdiri dari 3 lantai, mulai dari lantai 3 hingga lantai 6. Tepatnya berada di Jalan Cikini Raya No. 73, Cikini, Kecamatan Menteng, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta.  Tempat ini termasuk strategis karena bisa diakses melalui berbagai pilihan transportasi. Bisa naik KRL, bisa naik Transjakarta, dan bisa juga naik JakLingko. Perpustakaan ini buka setiap hari pukul 09.00-17.00 WIB. Setiap hari a...