Tahun lalu, Mei 2022, aku dan keluarga mudik ke Sibolga. Berhubung ini pertama kali suami dan anak kami El ke Sumatera Utara, kami berniat jalan-jalan juga ke beberapa kota tujuan wisata di sekitar Sibolga.
Ternyata walau hanya liburan di kampung halaman, tapi kami mengalami kesulitan saat menyusun itinerary dan mencari moda transportasi.
Kami ingin menggunakan angkutan umum. Karena kalau rental mobil selama dua minggu kami mudik, bisa lumayan mahal. Tapi informasi terkait transportasi umum tak banyak tersedia untuk daerah wisata di Sumatera Utara. Tidak seperti kalau kita mau ke daerah lain misalnya ke Jogja. Infonya pasti lengkap dari berbagai review pengunjung, juga dari armada bus atau pemyedia transportasi itu sendiri.
Bahkan saat aku bertanya pada sepupuku yang sudah lama tinggal di Samosir, dia malah nggak tau angkutan umum apa yang bisa kami tumpangi dari Samosir ke Brastagi. Mungkin karena biasanya keluarga yang liburan kesana lebih memilih bawa mobil sendiri atau rental mobil.
Akhirnya dari berbagai sumber, suami berhasil mengumpulkan informasi angkutan umum untuk kami pindah dari kota ke kota, yang mungkin orang lokal aja malah nggak tau.
So, aku mau share info ini siapa tau aja manfaat buat kamu yang ingin jalan di daerah-daerah yang aku akan sebutkan ini.
Pekan Baru - Sibolga
Perjalanan kami dimulai dengan naik pesawat Jakarta - Pekan Baru. Disana ada adikku dan keluarganya jadi sekalian kami mau berkunjung. Lagian jarak Pekan Baru juga lumayan dekat ke Sibolga. Hanya satu malam perjalanan. Hanya! Hehe.
Awalnya kami naik Citra Nasional Travel tujuan ke Sibolga. Ongkosnya Rp 230.000/ orang, menggunakan mobil sejenis Avanza.
Sebenarnya ada juga beberapa travel lain tujuan Pekan Baru - Sibolga, salah satunya Taxi Indah, yang adikku biasa tumpangi. Tapi kami putuskan memilih Citra Nasional dengan harapan pelayanannya lebih baik. Apalagi kami bawa balita dan perjalanan ini butuh waktu sekitar 10 jam. Kami berharap perjalanan yang lebih nyaman.
Tapi kesanku pada travel ini sangat tidak recommended. Aku tak tau bagaimana dengan supir lain dari travel ini, tapi supir yang membawa kami waktu itu sangat tidak berkenan.
Saat itu kami berangkat sekitar jam 9 malam, telat dari jadwal yang sudah ditentukan. Sepanjang jalan supirnya buka kaca jendela di sampingnya, terus merokok dan nyetir sambil sering telponan.
Aku yang duduk di kursi belakang supir yang sambil memangku anak, sangat merasa tidak nyaman dengan angin super kencang dari pintu jendela itu plus asap rokoknya.
Beberapa kali supir itu berhenti di warung untuk tidur. Tampaknya dia ngantuk banget. Dan seperti sedang berusaha untuk melengkapi semua nilai minus nya, dia akhirnya mengoper kami ke travel Taxi Indah saat tiba di daerah Sidempuan dengan berbagai alasan nggak jelas.
Walau begitu, aku bersyukur. Di Taxi Indah ternyata keadaannya lebih baik. Ini mobil jenis minibus dengan kursi yang lebih lega dan supir yang tidak merokok dan tidak buka pintu kaca mobil. Jadi di mobil ini aku akhirnya bisa istirahat tanpa kuatir anakku masuk angin atau terkontaminasi asap rokok.
Sibolga
Di Sibolga kami lebih sering naik bentor yaitu sebuah becak yang dirangkaikan ke motor. Biasanya ongkosnya 10-20 rebuan. Tergantung jarak dan tergantung kepiawaian tawar menawar.
Selain itu ada angkot putih yang bisa membawa kita keliling kota Sibolga dengan ongkos sekitar 4 rebuan.
Sibolga - Parapat
Tujuan kami selanjutnya adalah Parapat untuk menuju Pulau Samosir, Danau Toba.
Sebenarnya banyak pilihan transportasi dari Sibolga untuk ke Samosir, tapi agak bingung juga karena kami tak tau mobil itu akan melalui rute mana saja. Apakah akan dekat pada tujuan hotel tempat kami menginap atau nggak.
Akhirnya kami dapat info tentang Tiomaz Travel. Tiomaz ini adalah mobil Travel jurusan Sibolga Medan dan sebaliknya yang melewati Parapat. Jadi kami bisa turun di Parapat untuk nyebrang naik kapal laut langsung ke dermaga hotel yang kami tuju.
Hotel yang kami tuju ada di daerah Tuktuk yang sebagian besar hotelnya punya dermaga sendiri untuk kapal bersandar.
Perjalanan dari Sibolga ke Parapat butuh waktu sekitar 4-6 jam. Mobil ini lumayan nyaman, pake AC dan jarak antar kursi yang lumayan lega. Hanya emang jalan dari Sibolga ke Parapat ini banyak liku-likunya. Macam liku-liku kehidupan. Jadi sepanjang jalan kita harus siap miring kiri miring kanan.
Tapi aku suka travel ini. Supirnya juga baik dan profesional. Dia memberikan kami arahan harus turun dimana nanti dan naik angkot apa untuk ke pelabuhan kapal.
Ongkosnya dari Sibolga ke Parapat Rp 140.000/orang.
Parapat - Pulau Samosir
Dari Parapat kami naik kapal laut dari pelabuhan KMP Ajibata yang dekat pasar.
Di pelabuhan ini ada beberapa pilihan kapal laut yang tujuannya ke 3 titik di pulau Samosir. Tuktuk, Tomok dan Lopo Parindo. Beda tujuan beda kapal. Kami naik kapal yang menuju Tuktuk bernama KM. Jogi.
Perjalanan butuh sekitar 45 menit dari pelabuhan Parapat ke Hotel tujuan kami di daerah Tuktuk. View danau Toba dan hotel-hotel berbentuk rumah adat Batak jadi kelebihan tersendiri saat kita naik kapal ini.
Harga ongkosnya 20.000/orang kalau mau langsung diturunin di dermaga hotel tujuan. Tapi kalau turun di pelabuhan Tuktuk ongkosnya hanya 15.000.
Pulau Samosir
Menurutku transportasi umum di Samosir agak kurang memadai untuk ukuran daerah tujuan wisata populer. Sehingga kebanyakan pengunjung memilih bawa mobil pribadi atau rental mobil selama berkunjung ke sini.
Ada sih beberapa angkutan umum, tapi rutenya pun tertentu dan tidak mengakomodasi semua tujuan kita. Ada juga becak tapi ongkosnya lumayan mahal. Sekitar 50 rebuan sekali trip.
Jadi untuk jalan keliling Samosir kami rental mobil selama satu hari, selanjutnya jalan kaki, naik angkot dan naik becak.
Rental mobil di sini sudah sama supir dan bensin sekitar 750 rebuan. Katanya memang agak mahal karena tujuannya jauh-jauh dan jalan menuju pegunungan lumayan curam. Butuh skill menyetir yang mumpuni bila mau bawa kendaraan kesini.
Pemerintah juga menyediakan minibus Damri untuk bawa pengunjung muterin kota Samosir pada waktu tertentu dengan tarif resmi 20.000. Tadinya kami mau coba naik ini untuk muter-muter Samosir, tapi saat itu katanya supirnya sedang bertugas ke kota lain. Hah?
Pangururan Samosir - Brastagi
Dari Pagururan Samosir menuju Brastagi kami naik travel bernama Sampri tujuan Medan. Sampri ini ada kelas ekonomi, dan ada kelas Royal. Harganya cukup bersahabat walau Royal Class, hanya Rp 85.000. Jadi kami memilih yang Royal Class. Tapi ternyata seroyal-royalnya, tampilan dan fasilitasnya biasa aja. Ini penampakan Sampri Royal Class.
Tapi aku senang mobilnya lumayan lega dan nyaman. Supirnya mengendara dengan smooth dan cepat.
Mobil Royal ini tak ada AC nya tapi tenang saja, angin cepoi-cepoi yang alamiah dan menyegarkan akan anda rasakan karena perjalanan menuju Brastagi yang adalah dataran tinggi sudah memberi rasa sejuk tersendiri.
Perjalanan butuh waktu sekitar 3 jam dari Pangururan Samosir ke Brastagi.
Di Brastagi kami nginap di daerah Gundaling yang lumayan dekat ke pusat kotanya. Dan beruntung ada angkot ungu yang walaupun rutenya tak melewati penginapan kami, tapi dia bersedia mengantarkan dan menjemput ke penginapan kalau diminta. Angkot ungu ini bernama Bayu.
Selama di Brastagi kami rental mobil untuk jalan seharian. Namanya CRD Rent. Aku merekomendasikan rental mobil ini. Supir yang mengantarkan kami sangat sopan dan berpengalaman membawa wisatawan di daerah Brastagi. Dia memberi kami banyak info dan rekomendasi tempat wisata yang bagus juga tips biar lebih hemat.
Oya, selama di Brastagi ada yang namanya Go Seh, sebuah aplikasi ojek online yang khusus dibuat oleh pemuda setempat dan khusus digunakan disana. Kami biasa menggunakan ini untuk pesan makanan ke hotel.
Brastagi - Medan
Dari Brastagi ke Medan kami naik Bus Almasar Medan Brastagi yang bisa ditemukan di Pasar Brastagi. Kursinya agak sempit tapi tak begitu masalah untuk perjalanan singkat. Sekitar 2-3 jam perjalanan dari Brastagi sampai ke Medan. Harga ongkosnya sekitar Rp. 50.000,- per orang.
Selama di Medan kami lebih memilih naik taksi online yang memang tersedia banyak di kota ini.
Begitulah pemirsa, pengalaman naik transportasi umum selama di Sumatera Utara.
Apakah kamu punya pengalaman yang sama atau mungkin ada info tambahan? Yuk share di comment yuk...
No comments:
Post a Comment