Sudah lama aku dengar tentang kemegahan Istana Maimun yang adalah salah satu icon Kota Medan ini. Tiap kali aku search tujuan wisata yang wajib dikunjungi selama di Medan, nama Istana Maimun pasti muncul di daftar.
Dari foto dan keterangan yang aku temukan di internet, tampaknya Istana Maimun yang sudah berusia ratusan tahun ini masih tampak megah dan terawat dengan baik. Istana ini dibangun pada tahun 1888 saat masa pemerintahan Sultan Mahmud Al Rasyid, sultan Deli yang berkuasa pada masa itu.
Istana ini dibangun dengan dua lantai dan terdiri dari tiga bagian, ruang utama, sayap kanan dan sayap kiri.
Saat ini, Istana Maimun digunakan untuk acara adat untuk bagian sayap kanan dan kiri. Sementara bagian utama Istana Maimun kini dibuka untuk umum sebagai tempat destinasi wisata sejarah di Medan.
Keberadaan sebuah peninggalan sejarah seharusnya mampu dijadikan sarana untuk memahami sejarah bangsa di masa lampau untuk semakin mengenal kekayaan budaya bangsa.
Aku bayangkan di istana ini akan menemukan kisah dan nilai sejarah yang menggambarkan kejayaan kerajaan Deli pada masa lalu.
Saat kami ke sana, sebelumnya kami ke Museum Tjong A Fie dulu, seorang tokoh masyarakat yang punya peran besar juga dalam pembangunan daerah Medan pada masanya.
Aku sangat terkesan dengan penataan dan pengelolaan museum Tjong A Fie yang dikelola oleh pihak keluarga Tjong A Fie tersebut.
Dalam pikiranku, sebuah museum yang menyimpan sejarah salah satu tokoh masyarakat saja bisa sebagus itu dikelolanya.
Apalagi Istana Maimun. Sekelas istana raja. Harusnya lebih canggih lagi.
Dengan semangat kami menuju Istana Maimun naik grabcar dari daerah Kesawan Medan. Tak butuh waktu lama hanya sekitar 20 menitan.
Dari jauh tampak istana Maimun berdiri megah dengan halaman luas menghampar rumput hijau.
Kami berjalan menuju pintu masuk utama Istana, melewati suatu bangunan tempat menyimpan Meriam puntung.
Setibanya di depan pintu masuk, kami menaiki tangga ke atas untuk menuju pintu utama masuk ke istana. Dikenakan tiket Rp10.000 untuk masuk dan tersedia tempat untuk menaruh sepatu di tangga masuk.
Bangunan ini bernuansa kuning khas Melayu. Di depan pintu masuk ada satu set meja dengan kursi warna merah. Di atasnya tergantung lampu kristal yang indah. Di samping meja itu terdapat lapak jualan cenderamata khas Melayu.
Terus kami masuk ke dalam dan mendapati suatu pemandangan sebuah singgasana Megah berwarna kuning. Mungkin beginilah singgasana sultan di masa dulu.
Di sekitar singgasana itu terdapat tempat penyewaan baju adat Melayu. Tampak beberapa pengunjung yang menyewa baju berfoto di depan singgasana itu.
Selain tempat sewa baju adat, di sekitar singgasana juga terdapat beberapa lapak jualan cenderamata dan pakaian khas Melayu dan mainan anak-anak.
Aku berusaha mencari kisah sejarah tentang kemegahan istana Deli dari masa ke masa sesuai niat awalku ke tempat ini. Tapi yang aku temukan hanya satu dua foto yang dipajang di tembok dengan keterangan seadanya tentang nama orang yang dipoto tersebut. Dan beberapa perabotan yang di pajang di kotak kaca dengan keterangan seadanya. Tampak kurang terawat.
Selain itu ada juga beberapa foto di tembok yang tertutupi oleh baju-baju jualan yang dipajang di salah satu lapak jualan baju.
Kesanku saat melihat tempat ini seperti saat belanja ke Pasar Tanah Abang. Tak ada nilai historis-historisnya pisan.
Selain itu ruangan yang dibuka untuk wisata juga hanya sebagian kecil dari istana yang besarnya katanya berukuran 772 meter yang terdiri dari 30 ruangan bilik kamar itu.
Seandainya boleh memberi saran, seharusnya tempat wisata ini dikelola dengan lebih serius dan terkonsep. Bagus sih ada toko cenderamata dan penyewaan baju khas Melayu, tapi menurutku seharusnya ditempatkan di bagian khusus di sekitar istana Maimun. Bukan di ruangan utamanya sehingga seolah-olah menjadi hal utama yang ditawarkan dalam objek wisata tersebut. Apalagi lapak mainan anak yang barang jualannya mengisi sebagian besar ruangan. Benar-benar pemandangan yang tidak relevan.
Jadi hal utama yang sebaiknya disajikan adalah kisah sejarah kejayaan kerajaan Deli dari masa ke masa.
Seperti halnya Rumah Tjong A Fie yang menyediakan Jasa Pemandu untuk menjelaskan tentang sejarah kehidupan Tjong A Fie dan keluarganya, alangkah baiknya di Istana Maimun juga disediakan pemandu wisata untuk menjelaskan sejarah para Sultan Deli yang pernah tinggal di istana tersebut.
Jadi bukan hanya tampilan luar yang megah dan indah, dan keren untuk foto-foto belaka tapi berkunjung ke sana memberi nilai yang lebih bermakna.
No comments:
Post a Comment