Seperti biasa, menjelang gajian aku menyusun anggaran keuangan keluarga untuk bulan berikutnya.
Aku mencatat jumlah penghasilan kemudian dikurangi 3 pos utama sesuai persentasi yang aku tetapkan. Pos saving 20%, pos living 70% dan pos playing 10%.
Jumlah penghasilan dikurangi tabungan (saving), dikurangi belanja kebutuhan rutin (living), dikurangi pengeluaran tidak tetap (playing), harusnya bersaldo nol.
Untuk pengeluaran tidak tetap atau aku sebut pos playing, ada beberapa hal yang aku ingin beli bulan depan. Aku pun mencatat daftarnya di anggaran bulanan. Namun setelah lihat hasil perhitungan penghasilan dikurangi daftar belanja, ternyata saldonya minus. Pengeluaran jadi lebih besar dari pendapatan.
Aku mempertimbangkan ulang isi daftar belanja itu. Mana yang kebutuhan dan mana keinginan. Kebutuhan harus didahulukan. Tapi ternyata ini sulit. Karena bagiku semua itu tampak seperti kebutuhan.
Memang tak semuanya bersifat mendesak ada yang masih bisa ditunda untuk dibeli bulan depannya lagi, tapi kadang rasa tidak sabar membuatku kesal.
Aku menyesali kenapa sih jumlah dananya terbatas? Coba kalau aku kaya raya, aku bisa beli apapun setiap saat tanpa perlu harus ditunda-tunda, tak harus menahan diri begini.
Beberapa waktu aku merasa kesal dan berpikir bahwa aku kan sudah berusaha bekerja keras, aku juga mencari bisnis sampingan untuk menambah penghasilan. Tapi kok masih begini-begini aja ya keadaan ekonomiku?
Tapi kemudian aku teringat suatu perkataan, sometimes not getting what you want can be a blessing.
Mungkin bagiku mengesalkan bila tak bisa membeli beberapa barang yang aku inginkan sekaligus, namun bisa jadi itu adalah hal yang baik bagiku.
Kadang-kadang, keterbatasan dana juga bisa menyelamatkan kita dari pilihan dan keputusan yang salah.
Salah satu pengalamanku selamat dari kesalahan karena tak punya uang adalah ketika aku beli rumah beberapa tahun lalu.
Ketika itu, setelah menyelesaikan segala urusan akad kredit, tiba-tiba orang marketing perumahan itu menghubungiku dan berkata bahwa aku perlu transfer sejumlah dana untuk biaya sertifikat. Aku sungguh panik karena saat itu aku sedang tak punya dana untuk itu.
Aku meminta kelonggaran waktu untuk membayarnya bulan berikutnya. Si orang marketing itu setuju, tapi aku tak tenang karena terus kepikiran masih punya kewajiban.
Beberapa waktu kemudian saat aku ke perumahan yang aku baru beli, aku ketemu tetanggaku dan mereka cerita bahwa orang marketing itu telah kabur karena terbukti telah menipu mereka dengan meminta biaya sertifikat. Ternyata sebenarnya kewajiban itu nggak ada.
Aku bersyukur bahwa waktu itu aku lagi tak punya uang sehingga tidak perlu ikutan tertipu.
Aku juga merenungkan nasib para billionaire yang meninggal dalam tragedi kapal selam wisata OceanGate Titan yang terjadi baru-baru ini.
Mereka sedang melakukan tour pada 18 Juni 2023 ke dasar laut Atlantik Utara untuk melihat bangkai kapal Titanic yang tenggelam pada tahun 1912 lalu.
Kapal selam wisata yang berisi 5 orang itu hilang kontak 1 jam 45 menit setelah menyelam ke lokasi bangkai kapal. Pencarian segera dilakukan karena kapal selam itu belum muncul ke permukaan sesuai jadwalnya.
Hasil pencarian menyatakan bahwa kapal selam itu telah meledak dan menewaskan semua penumpangnya.
Padahal untuk mengikuti ekspedisi itu, mereka perlu membayar seharga 250.000 dolar AS atau setara 3,75 miliar rupiah.
Suatu angka yang fantastis untuk orang biasa sepertiku. Mungkin aku butuh bertahun-tahun untuk mengumpulkan uang segitu. Tapi bagi para billionaire itu, mengeluarkan angka segitu tak perlu pikir panjang.
Bagi orang kaya raya, tersedia banyak sekali pilihan untuk menikmati banyak hal. Sehingga dia harus benar-benar bijaksana untuk menentukan pilihannya. Kalau tidak, bisa-bisa malah menjadi petaka.
Aku tak bermaksud bersikap toxic gratitute. Menjadi orang kaya itu tidak salah. Aku tau bahwa aku harus bekerja lebih baik untuk memaksimalkan potensiku, menjadi kaya dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Namun mungkin saja keadaanku saat ini adalah baik untuk menjaga karakterku. Melindungiku dari pilihan dan keputusan yang salah.
Perenungan ini membuatku tidak begitu kesal lagi karena harus menunda beli barang tertentu. Aku belajar untuk bersabar dan bersyukur. Aku percaya bahwa semua urusan hidupku ada dalam pemeliharaan Tuhan.
No comments:
Post a Comment