If you can't do it today, what makes you think you can do itu tomorrow?
Jika kamu tidak bisa melakukannya hari ini, apa yang membuatmu berpikir bahwa kamu bisa melakukannya besok?
Aku sering merenungkan perkataan ini setiap kali aku bermasalah dengan kebiasaan menunda-nunda.
Seringkali keinginan untuk melakukan sesuatu terhalang kemalasan atau keraguan. Mulai deh menunda dengan berbagai alasan, besok aja deh..
Keesokan harinya hal yang sama terulang lagi. Dalam hati bertekad, besok beneran deh akan aku lakukan. Rasanya Segala sesuatu tampaknya menjadi lebih mudah bila dikerjakan besok. Ternyata besoknya terulang lagi. Akhirnya nggak kelar-kelar urusannya.
Sebenarnya kebiasaan menunda-nunda atau procrastination ini cukup merugikan. Banyak kesempatan baik terpaksa harus terlewat begitu saja.
Hasil kerja yang cenderung asal karena dilakukan terburu-buru menjelang deadline berpengaruh pada kinerja.
Belum lagi perasaan tidak tenang dan stress yang menghantui menyadari bahwa ada suatu tugas yang makin hari makin mendekati tenggat waktu tapi belum dikerjakan.
Bagiku, hal yang paling mengganggu pikiran adalah, kesadaran bahwa waktu hidup ini hanya sementara dan tidak tau sampai kapan aku hidup.
Setiap detik sangat berharga. Aku harus memanfaatkannya sebaik mungkin untuk mencapai tujuan hidupku di muka bumi ini.
Menurut yang aku yakini, setiap orang pada akhirnya harus mempertanggungjawabkan hidupnya di kekekalan (dihadapan Tuhan) nanti. Bagaimana dia mengelola potensi-potensi yang telah dipercayakan Tuhan padanya. Baik itu waktu, uang, talenta dan hubungan-hubungan.
Kerugian akibat kebiasaan menunda-nunda bisa besar bisa juga kecil. Tergantung kegiatan apa yang ditunda. Namun ada satu penundaan yang berakibat fatal. Akibatnya bisa membawa penyesalan baik saat masih hidup di bumi maupun saat nanti di akhirat. Yaitu menunda untuk bertobat.
Bagi orang muda yang saat ini hidup dalam kebiasaan salah/dosa, mungkin berpikir, nanti ajalah bertobat. Masih muda ini. Belanda masih jauh! Walaupun dia tau bahwa apa yang dia lakukan salah, tapi dia santai saja menunda-nunda pertobatan.
Atau mungkin seseorang sebenarnya ada niat untuk bertobat, tapi saat godaan datang, dia mulai kompromi dan bertekad dalam hati, “Ah sekali ini aja.”
Beberapa waktu kemudian, godaan datang lagi, dia tergoda lagi. Niatnya untuk bertobat, dikalahkan oleh godaan. Dia pun jatuh lagi dalam perbuatan salah walau dalam hati tetap bertekad, “Kali ini aja. Beneran deh, besok nggak lagi.”
Tapi urusannya tidak akan sesederhana itu, Ferguso!
Kebiasaan salah yang dilakukan dari hari ke hari yang tadinya hanya berupa ikatan tali kecil, makin lama menjadi ikatan yang makin besar. Tanpa disadari kita telah dililit ikatan yang sangat besar sehingga akan makin sulit untuk melepaskan diri.
Ibarat orang yang kecanduan merokok, awalnya hanya ingin coba-coba. Lama kelamaan jadi suka, setelah itu menjadi lebih sulit untuk berhenti. Kemudian menjadi kecanduan dan makin sulit lagi untuk dihentikan.
Walaupun menyadari hal itu tak baik untuk kesehatan, tapi seolah tak berdaya mengendalikan keinginan untuk melakukannya lagi dan lagi.
Hal itulah yang bisa terjadi saat orang dari muda sudah terbiasa melakukan kebiasaan buruk. Dia berpikir, nanti aja bertobat kalau udah tua.
Ternyata saat orang itu sudah berusia matang, 50 tahun, 60 tahun, 70 tahun dan berniat bertobat, ternyata dia sudah tak berdaya lagi. Kebiasaan salah itu tidak semudah itu dilepaskan karena hal itu sudah menjadi selera jiwanya.
Kalaupun bisa diupayakan, dia harus benar-benar bekerja keras untuk mengubahnya sebelum waktunya habis.
Masalahnya, tidak ada yang tau sampai kapan umur seseorang hidup di bumi. Setiap saat setiap orang bisa berpulang. Kesempatan untuk bertobat pun hilang.
Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali. Setiap hari quota hidup kita makin berkurang. Setiap kita punya jatah waktu hidup di bumi yang harus kita pergunakan dengan sebaiknya.
Yuk segera tinggalkan kebiasaan salah. Jangan ditunda-tunda lagi!
No comments:
Post a Comment