Dream it, believe it, achieve it (Sumber: Sarolyn Christine-unsplash) |
Satu hal yang menurutku menarik dari Pilpres kali ini adalah Bapak Prabowo Subianto yang kembali mencalonkan diri sebagai capres walau pernah gagal pada beberapa Pilpres sebelumnya.
Pertama pada Pilpres tahun 2004 Prabowo mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden dari Partai Golkar, namun kalah dari Wiranto.
Lalu pada Pilpres tahun 2009 Prabowo maju sebagai calon wakil presiden dari calon presiden Megawati, namun kalah suara dari SBY.
Kemudian pada Pilpres 2014 Prabowo maju sebagai calon presiden namun kalah suara dari Jokowi.
Selanjutnya pada Pilpres 2019 Prabowo maju lagi sebagai calon presiden, namun kembali dikalahkan oleh Jokowi.
Walau demikian, kekalahan demi kekalahan itu ternyata tidak membuatnya patah semangat untuk mencapai apa yang jadi visinya bagi bangsa Indonesia. Pada Pilpres 2024, beliau dengan berani maju lagi sebagai calon presiden.
Wow! Aku kagum pada keberanian dan kegigihannya.
Berapa banyak orang yang berani mengejar impiannya seperti itu?
Menurut yang aku pahami, setiap orang diciptakan di bumi ini untuk suatu tujuan. Tujuan itu diletakkan di dalam hati seseorang dalam bentuk visi, cita-cita, kerinduan hati atau panggilan jiwa atau sering disebut Impian.
Impian itu seperti suatu nyala api yang berkobar dalam diri seseorang terhadap suatu hal yang ingin dia capai. Sebuah suara hati yang terus menerus berbicara untuk mengarahkan seseorang melakukan sesuatu menuju arah tujuan hidupnya.
Beberapa orang berani menindaklanjuti arahan itu dan bergerak mengejar impiannya. Namun, karena pernah gagal sekali, dua kali, lantas dia jadi mundur teratur dan berusaha melupakan dan mengubur dalam-dalam mimpi tersebut.
Alih-alih sibuk berusaha dan mencari jalan lain, dia malah sibuk mencari-cari alasan kenapa dia tak mungkin mencapai impian tersebut.
Beberapa orang lagi sadar dan mengakui bahwa dia punya impian yang ingin dicapai, namun tidak punya keberanian untuk mencoba melakukanya.
Berpikir bahwa impian itu terlalu besar dan dia tak mungkin sanggup mencapainya. Belum apa-apa dia sudah takut duluan.
Yang lebih parah, ada juga orang yang jangankan untuk berani mencoba, untuk mengakui bahwa dia punya impian itu aja dia tak berani. Dia pura-pura tidak tau, pura-pura tidak tertarik dan tak ingin mencapai impian yang sebenarnya begitu bergelora di hatinya. Berusaha menyangkal dan membunuh dorongan di dalam hatinya.
(Sumber: Brett Jordan-unsplash)
Aku pernah mengalaminya ketika aku baru lulus SMA dan ingin sekali kuliah. Saat itu kondisi ekonomiku sungguh tak memungkinkan untuk kuliah.
Aku merasakan nyala api di hatiku bergelora setiap kali mendengar kata dosen, kampus, mahasiswa dan istilah lain terkait dunia kuliah. Namun karena merasa itu mustahil, aku berusaha mengubur keinginan itu. Aku pura-pura tak tertarik, bahkan membicarakannya ke orang lain saja aku tak berani.
Saat itu aku bekerja di sebuah pabrik yang mayoritas karyawannya adalah lulusan SMA. Dari yang aku lihat, teman-temanku yang lain begitu menikmati hidupnya. Mereka bekerja di pabrik, jalan-jalan, pacaran, menikah, dan tak ada yang pusing ingin kuliah sepertiku.
Aku pun berusaha menawar suara hati yang mendorongku untuk kuliah dengan berkata "Ngapain juga sih kamu dorong-dorong aku untuk kuliah? Aku udah cukup kok hidup begini saja. Teman-temanku yang lain juga enjoy aja kok. Udahlah bersyukur saja dengan apa yang ada. Lagian kamu lihat sendiri kan, keadaanku sungguh tak memungkinkan untuk kuliah."
Namun apapun alasanku, nyala api di dalam hatiku untuk kuliah tak berhasil terpadamkan.
Suatu hari aku baca buku The Magic of Thinking Big tulisan David J. Schwartz, Jr. Aku begitu terinpirasi dengan salah satu quote yang berkata:
"Jika anda percaya sesuatu itu tidak mungkin, pikiran anda akan bekerja untuk anda untuk membuktikan mengapa hal itu tidak mungkin, akan tetapi jika anda percaya, benar-benar percaya, sesuatu dapat dilakukan, pikiran anda akan bekerja bagi anda dan membantu anda mencari jalan untuk melaksanakannya."
Sejak saat itu, aku meyakinkan diri bahwa aku pasti bisa kuliah dan mulai mencari cara.. Akhirnya pada tahun ke tiga setelah aku bekerja di pabrik itu, aku mendapatkan keberanian untuk melangkah dan mendaftar kuliah.
Setelah mendapat keberanian untuk melangkah, urusannya tidak serta merta jadi lancar jaya. Banyak tantangan di sepanjang jalan yang berusaha mematahkan semangat dan membuatku tergoda untuk berhenti dan mundur.
Dalam hal inilah kegigihan dan pantang menyerah berperan besar sehingga akhirnya aku berhasil menyelesaikan kuliahku.
Setelah satu langkah terselesaikan, dorongan suara dalam hatiku mengarahkan ku lagi untuk melakukan tahap selanjutnya. Suatu dorongan hati yang membuatku tidak happy sebelum aku melakukannya.
Saat seseorang berusaha mengubur dan memadamkan impiannya, dengan berbagai alasan, dengan berbagai kesibukan, mungkin untuk sementara waktu mereka akan lupa dengan impian tersebut.
Sampai pada akhir masa hidupnya, maka penyesalan demi penyesalan akan muncul. Dia akan melihat kembali perjalanan hidupnya dan merenungkan, apakah hidupnya sudah cukup berarti? Apa yang akan terjadi seandainya dulu dia melakukan apa yang jadi kerinduan hatinya?
Pandji Pragiwaksono pernah berkata, "Jangan membunuh mimpi kerena mimpi tak pernah mati. Dia hanya akan pingsan dan bangun lagi ketika kamu sudah tua dalam bentuk penyesalan."
Di hari tua, seseorang yang tidak melakukan apapun untuk mencapai impiannya akan berharap seandainya bisa mengulang waktu. Dia akan melakukan ini itu ono…
Tapi apa daya? Usia tua dan keterbatasan fisik tidak lagi memungkinkannya melakukan hal itu.
Misalnya kalau pada usia 20 an aku tidak kuliah, mungkin usia 40 an aku bisa aja mengejar dan memutuskan untuk kuliah. Tapi kapasitasku untuk belajar, waktuku yang udah terkuras untuk anak, dan kemampuan untuk menyerap pengetahuan mungkin sudah tidak seoptimal saat aku masih muda.
Walau di sekitar kita ada contoh orang-orang sukses di masa tuanya, misalnya Colonel Sanders yang berhasil dengan bisnis KFC pada usia 65 tahun, namun hal itu tidaklah dicapai dalam satu langkah saja.
Kesuksesan itu merupakan buah dari ketekunannya berusaha mengejar impiannya tahap demi tahap, bangkit dari kegagalan demi kegagalan. Kesuksesan yang dia tuai di hari tuanya adalah tuaian dari taburan usaha yang telah dia lakukan sejak masa mudanya.
Apa yang jadi impian kamu saat ini dan apa yang telah kamu lakukan untuk mencapainya? Apakah rasa takut menghentikan langkahmu?
Takut gagal, takut terlihat konyol, takut dinilai gagal, takut ditertawakan, takut pada apa nanti kata orang dan ketakutan lain sejenisnya?
Don't be afraid to fail. Be afraid not to try.
Apapun hasil yang kita peroleh setelah berusaha, mau itu gagal atau berhasil, pada saat akhir masa hidup kita, kita tidak lagi sibuk menyesali kenapa dulu tidak memanfaatkan kesempatan.
Lagian bagaimana kita menilai sesuatu gagal atau berhasil? Kesuksesan adalah sebuah perjalanan. Yang penting kita menikmati perjalanan di track yang memang sesuai dengan panggilan jiwa.
Apakah kamu takut apa kata orang?
Lihat Prabowo Subianto, banyak pihak menertawakan dan mengejeknya karena sudah berkali-kali kalah tapi tetap maju sebagai calon presiden. Namun, suara-suara sumbang itu tentu tidak ada pengaruhnya bagi seseorang yang sedang fokus mengejar tujuannya.
Peduli amat orang mau berkata apa, yang paling penting dia tau bahwa suara hatinya yang mendorongnya untuk berusaha, memihak kepadanya. Suara hatinya mendukungnya untuk tetap berjuang. Hati nuraninya menyetujui tindakannya. Bukankah itu adalah hal yang paling penting?
Lagian orang-orang yang sibuk menertawakan perjuangan orang lain, biasanya adalah orang-orang yang tidak puas dengan hidupnya. Karena mereka tidak melakukan apapun untuk mengejar impiannya. Bila seseorang fokus mencapai tujuan hidupnya, dia tidak akan punya waktu untuk bergibah tentang hidup orang lain.
Jadi pendapat dari orang seperti itu tak seharusnya menghentikan langkah kita.
Lagian, sebagian orang mungkin menertawakan Prabowo Subianto, tapi banyak juga loh orang-orang yang kagum dan terinspirasi.
Kehidupannya dengan segala perjuangan itu menjadi suatu legacy. Memberikan teladan keberanian, kegigihan dan pantang menyerah.
(Sumber: Brett Jordan-unsplash)
No comments:
Post a Comment