Tujuan Menikah Sebagai Sarana Pembentukan Karakter
Aku pernah baca sebuah tulisan berbunyi, “Jika kamu ingin memberitakan firman Tuhan, tetaplah menjadi lajang agar kamu bisa fokus dan punya banyak waktu untuk melakukannya. Tapi jika kamu ingin menjadi seperti Kristus, menikahlah. Karena banyak sekali pelajaran yang bisa kamu dapatkan dari pernikahan yang tidak kamu dapatkan dari pengalaman lain dalam hidup.”
Orang yang sudah menikah pasti tau bagaimana kehidupan pernikahan yang sebenarnya. Bahwa suatu hubungan perlu kerja keras jika ingin berhasil. Dalam prosesnya banyak terjadi konflik yang bisa membuat seseorang makin terbentuk karakternya menjadi lebih baik.
Aku menikah pada umur 35 dan selama masih single aku menilai diriku adalah orang yang baik dan lovable. Lalu saat memasuki pernikahan aku akhirnya bisa melihat semua karakter burukku muncul ke permukaan.
Bagaimana aku marah saat suami melakukan suatu kesalahan. Bagaimana aku bersikap pada mertuaku, pada anakku, membuatku sadar, ada monster di dalam diriku yang selama ini belum mati. Hanya belum punya kesempatan aja untuk muncul.
Saat ada kesempatan dimana aku bergesekan dengan orang lain yang mentrigger semua karakter burukku, semua itu muncul dan mengambil alih.
Aku kadang kaget dan bertanya-tanya seolah melihat sisi diriku yang selama ini tidak kukenal.
“Kok aku marahnya bisa se brutal itu ya? Kok aku bisa bicara sekasar dan setajam itu ya?”
Dalam buku Sacred Marriage, Gary Thomas menjelaskan bahwa pernikahan Kristen adalah pernikahan yang dikehendaki Tuhan untuk membuat seseorang menjadi suci, lebih dari menjadi bahagia.
Beberapa manfaat yang dia temukan dalam pernikahan diantaranya adalah sebagai sarana untuk seseorang belajar untuk mencintai tanpa syarat, mengampuni, berkomitmen, dan Pelajaran berharga lainnya yang membuat seseorang memiliki karakter Kristus.
Pada saat aku baca buku itu, aku mikir, “Bila pernikahan bertujuan untuk menyempurnakan karakter, buat apa orang-orang harus repot mencari pasangan yang tepat?”
Ya udah asal nikah aja ya kan? Bila dapat pasangan yang salah pun, berarti pelajarannya makin banyak. Pembentukan karakter nya makin teruji. Ibarat seorang pelaut, semakin tinggi gelombang lautan, semakin terasah kualitasnya sebagai pelaut.
Untuk beberapa waktu aku mencari jawaban untuk pertanyaan itu. Lalu akhirnya aku dapat pengertian bahwa bukan gitu konsepnya, Bambang!
Orang yang mau menikah itu ibarat orang yang mencari team work. Teman kerja untuk mengurusi proyek bersama, untuk mencapai tujuan bersama. Untuk urusan bisnis aja yang biasanya hanya untuk sementara waktu dan hanya di bidang tertentu, kita pasti mencari partner yang baik, jujur, bisa dipercaya, bisa diandalkan, bertanggung jawab, mau bekerja keras dll.
Masalahnya, pernikahan adalah perjalanan panjang sekali untuk seumur hidup dan akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang. Pernikahan punya tanggung jawab yang besar karena menyangkut pembentukan jiwa yaitu anak-anak yang mereka lahirkan di bumi. Jadi perlu mencari orang yang tepat untuk mengarungi perjalanan ini dengan baik.
Tuhan ingin kita berkeadaan baik-baik agar kita bisa mencapai apa yang jadi tujuan hidup kita.
Karena banyak pasangan menikah untuk bahagia, maka yang mereka cari biasanya hal-hal yang mereka pikir paling penting untuk kebahagiaan keluarga.
Dunia yang semakin menjunjung tinggi materialisme dan konsumerisme membuat seseorang berpikir, asal dia menikah dengan pria kaya, cukuplah. Kebahagiaan akan mengikuti. Asal dia berhasil menggaet pria berpangkat tinggi yang terhormat di mata banyak orang itu, cukuplah. Kemuliaan akan mengikutinya sepanjang hidupnya.
Apa yang dicari adalah apa yang kelihatan di luar dan cenderung fana. Orang melupakan aspek penting yaitu karakter seseorang. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah apakah calon pasangan itu sudah dewasa rohani, dewasa mental dan dewasa finansial. Selain itu perlu juga melihat kecocokan visi dan misi dan nilai-nilai kehidupan.
Jadi sebelum memutuskan untuk menikah, berdoalah. Tanya Tuhan dengan sungguh-sungguh apakah Tuhan ingin kamu menikah. Bila iya, siapakah pasangan yang paling tepat untuk dinikahi.
Jangan gegabah dan bertindak ceroboh. Menikah adalah satu keputusan besar dan penting yang akan mempengaruhi hidupmu hingga kekekalan.
Apakah menikah dengan orang yang tepat berarti hidup bahagia tiada masalah? Bukan. Tetap ada konflik. Namanya juga menyatukan dua manusia berbeda jenis dan latar belakang. Tapi konflik dengan orang yang tepat akan membawa kebaikan. Konflik yang membangun. Sementara konflik dengan orang yang tidak tepat akan bikin babak belur.
Menikah adalah suatu perjuangan, tetapi menikah dengan orang yang salah adalah suatu mimpi buruk.