No one is ahead in life, and no one is behind. Everyone is walking their own journey and will reach their destination in their own time.
Pernahkah kamu merasa seperti telah menyia-nyiakan tahun-tahun hidupmu tanpa sesuatu pencapaian yang berarti?
Pernahkah kamu melihat kehidupan orang lain yang tampak gemerlapan dan merasa seperti tertinggal jauh karena hidupmu seperti tidak menjadi apa-apa? Seperti hanya jalan di tempat?
Hal itulah yang aku rasakan saat aku melihat Jungkook (JK) di pembukaan Piala dunia 2022 di Qatar. Dia membawakan salah satu soundtrack PIala Dunia 2022 berjudul Dreamer bersama Fahad Al Kubaisi.
JK itu adalah salah satu anggota boyband dari Korea Selatan yakni BTS. Aku yang tadinya tak pernah begitu tertarik dengan boyband Korea melihat persepsiku berusah drastis tentang penyanyi boyband Korea yang selama ini aku pikir hanya jualan tampang.
Ternyata kualitas music dan penampilan mereka sangat bagus sehingga tak butuh waktu lama aku langsung jatuh cinta pada JK dan teman-temannya di BTS.
Aku mulai tertarik untuk mencari info tentang JK di internet. Pria kelahiran 1 September 1997 itu memulai debutnya sebagai anggota BTS ketika ia masih berusia 15 tahun. Dia merupakan member BTS termuda yang memiliki segudang talenta. Ia adalah vokalis utama, lead dancer (penari), sub-rapper, dan center.
Bersama dengan anggota BTS lainnya, ia memenangkan beberapa penghargaan dan tampil di acara seperti Mnet Asian Music Awards (MAMA), American Music Awards (AMA) dan Billboard Music Awards (BBMAs) dan masih banyak prestasi lainnya berkelas internasional yang menurutku cukup keren.
Sebelum memulai debutnya, dia pernah belajar dance di Amerika. Saat itu usianya sekitar 13 tahunan. Jadi tadinya si JK ini tak ada niat mau jadi penyanyi. Dia malah mau jadi atlet. Tapi suatu hari dia lihat G-Dragon dan dia mulai tertarik pengen jadi penyanyi.
Mungkin memang orangtuanya juga support minatnya sehingga dia difasilitasi untuk belajar dance atau ikut audisi segala macam sehingga akhirnya dia bisa bergabung agency music yang menaungi group BTS tersebut.
Di tengah rasa kagumku yang besar pada sosok anak muda itu, aku juga merasakan suatu rasa nyeri di hatiku. Aku membandingkan hidupku dengan hidup JK yang masih muda itu dan merasa begitu jauh tertinggal di belakang.
Saat itu aku berusia 37 tahun dan JK berusia 25 pada saat membawakan lagu Dreamer itu.
Aku merasa miris melihat hidupku sendiri. Ya ampun anak muda ini masih umur segini sudah mencapai begitu banyak hal sementara aku udah usia 37 belum jadi apa-apa.
Di mana aku saat berumur 13 tahun? Dimana aku saat berumur 15 tahun? Apa yang aku lakukan saat berusia 25 tahun? Aku udah ngapain aja dengan hidupku?
Sebentuk penyesalan dan rasa takut menghampiriku untuk beberapa waktu.
Lalu awal tahun 2022, aku dan keluarga jiarah ke makam tante ku yang meninggal tahun 2020 saat masa pandemi. Di sekitar makam Tante itu ada beberapa makam lain yang usianya sekitaran tanteku yang meninggal di usia 60 an. Kebanyakan makan di dekatnya juga meninggal sekitar tahun 2020 an.
Saat jalan pulang dari jiarah, aku memperhatikan makan lain yang aku lewati. Aku banyak memperhatikan tahun lahir dan tahun meninggal yang tertera di setiap nisan yang aku lewati.
Ada beberapa juga yang meninggal di usia muda saat masih anak-anak dan remaja. Melihat itu aku hanya merenungkan bahwa setiap orang punya jatah tahun hidup yang berbeda satu sama lain.
Namun pada saat akan keluar dari area makam, mataku tertuju pada satu makan yang tanggal lahir dan meninggal nya membuatku tertegun. Pada batu nisannya tertulis nama seorang pria yang lahir di tahun dan bulan yang sama dengan JK dan meninggal sekitar tahun 2022. Berarti dia meninggal di usia 25.
Hal itu membuatku seperti tersadar. tidak semua orang mencapai apa yang dicapai JK di usianya yang ke 25 itu. Ini pemuda di balik makam itu malah udah meninggal. Masih mending aku yang masih hidup hingga saat ini. Bukankah masih hidup juga adalah suatu pencapaian?
Beberapa waktu belakangan ini, aku mendapat pengertian bahwa aku pernah mengalami Complex trauma (CPTSD) karena mengalami banyak abusive dan pengabaian di masa kecil. Aku tau hal itu setelah melihat kriteria orang dengan complex trauma yang aku baca di website nya Tim Fletcher. https://www.timfletcher.ca/tim-talks/60characteristics
Pengertian ini seperti suatu potongan puzzle yang membuatku bisa melihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi dengan hidupku dan mengapa aku melakukan apa yang aku lakukan selama ini.
Aku menyadari bahwa aku telah menghabiskan hampir 30 tahun pertama hidupku dalam kesia-siaan karena sibuk dengan lari ke dunia fantasi.
Di video ini, Tim Fletcher menjelaskan bagaimana seseorang dengan complex trauma melakukan Escaping to a Fantasy World sebagai suatu copying mechanism. Lari dari kenyataan untuk melepaskan diri dari keadaan yang menyakitkan. Ke dunia fantasi yang segalanya bisa terjadi sesuai harapanku. Dimana aku dicintai dan dianggap penting.
Tapi kemudian menjadi cenderung seperti suatu addiction. Sehingga sulit untuk dilepaskan. Menjadi tidak sehat karena membuat seseorang menjadi mengabaikan dan tidak melakukan apa-apa terhadap hal yang terjadi dalam hidupnya. Dissociative dari dirinya sendiri.
Aku pernah menulis hal ini di suatu artikel.
Maladaptive Daydreaming – Mungkin ini Alasan Aku tak Pernah Berniat Bunuh Diri
Saat itu aku pikir hanya tentang Maladaptive Daydreaming. Pada akhirnya aku bisa keluar dari kebiasaan buruk itu setelah perjuangan panjang menerapkan gaya hidup berkesadaran dan mendengar kebenaran Firman Tuhan bahwa hidupku berharga dan punya tujuan yang mulia dan mulai menata kehidupan yang lebih baik dengan kesadaran itu.
Aku baca beberapa dampak buruk yang banyak terjadi pada orang yang pernah mengalami complex trauma, yang mengalami berbagai gangguan mental. Tingkat keparahannya bisa tergantung pada seberapa besar trauma yang pernah dia alami. Banyak juga orang yang hidup dalam adiksi terhadap sesuatu yang merusak hidupnya dan hidup orang lain di sekitarnya. Seperti kecanduan narkoba, alcohol atau pornografi. Ada juga yang mengalami depresi hingga berniat bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Lalu aku menyimpulkan, bahwa aku sebenarnya adalah pribadi yang hebat dan tak tertinggal dari siapapun juga. Aku sudah melakukan hal terbaik yang dapat aku lakukan hingga pada saat ini. Aku punya perjalananku sendiri yang mungkin akan menuju pada penggenapan tujuan hidupku di muka bumi ini.
Aku perlu berbangga pada diriku sendiri bahwa aku bisa melalui masa sulit itu dengan tetap hidup dan tetap waras.. itu juga adalah suatu pencapaian ..