Anak-anak pada umumnya bila ditanya cita-citanya apa, biasanya jawabannya mengacu pada berbagai jenis profesi. Ada yang mau jadi pilot! Mau jadi astronot! Kalau sudah besar mau jadi presiden! Mungkin anak-anak jaman sekarang banyak yang ingin jadi youtuber. Bagaimana dengan masa kecilku? Cita-citaku cukup mulia. Cita-citaku dari kecil adalah menikah dan hidup bahagia selamanya.
Dari kecil aku suka baca buku cerita dan nonton film kisah dongeng tentang putri-putri kerajaan. Ada Cinderrella, Putri Salju, Putri Tidur, dan lain-lain. Biasanya semua ceritanya berakhir bahagia dengan skenario sang putri bertemu dengan pangeran tampan dan mereka saling jatuh cinta. Kekuatan cinta mereka mengalahkan berbagai rintangan dan akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia selamanya. Setelah itu seolah semua masalah jadi hilang. Hanya ada keterangan hidup bahagia selamanya.
Dari kisah-kisah itu aku berpikir bahwa pernikahan adalah satu-satunya gerbang menuju kebahagiaan yang hakiki. Apapun masalah yang kuhadapi selama ini akan segera terselesaikan begitu aku menikah. Pernikahan seperti suatu kebutuhan dan hak setiap orang. Karena setiap manusia berhak untuk bahagia. Selamanya.
Hal itu menjadi begitu menggoda karena kehidupan masa kecilku bukan jenis hidup yang bahagia. Aku terlahir dari pasangan yang miskin, yang membuat aku jadi ikutan miskin juga. Selain miskin, orang tuaku juga rajin bertengkar hampir setiap hari. Keadaan keluarga yang berantakan itu membuat hidupku susah dan penuh tekanan. Kemiskinan itu membuatku sulit mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku tak suka jadi orang miskin. Aku juga tidak suka berada di keluarga yang tidak akur. Tak ada damai sejahtera. Tapi mau tak mau aku harus menghidupinya, aku tak punya pilihan lain. Satu hal yang membuatku terhibur adalah cerita-cerita dongeng yang berakhir bahagia itu. Mungkin suatu hari nanti hidupku juga bisa merasakan bahagia seperti itu.
Misalnya saja dongeng tentang Cinderella. Dongeng ini menceritakan tentang seorang gadis yang tinggal bersama ibu tiri dan 2 kakak tirinya yang jahat. Ayahnya sudah meninggal. Setiap hari ia diperlakukan tidak baik oleh ibu tiri dan saudara tirinya. Dia disuruh melakukan semua pekerjaan rumah tangga sehingga sehari-harinya hidupnya begitu letih dengan beban kerja dan batin yang menderita tanpa kasih sayang. Namun dia berusaha mengerjakan setiap pekerjaannya dengan bertanggung jawab.
Suatu ketika, seorang raja mengadakan sebuah pesta dansa besar di istana untuk mencari permaisuri bagi sang pangeran. Setiap perempuan ingin datang ke pesta itu, termasuk Cinderella. Namun ibu tirinya tak mengijinkan dia ikut. Ibu tirinya menyuruhnya mengerjakan berbagai hal bahkan memintanya untuk membantu kakak-kakak tirinya bersiap ke pesta dansa itu.
Cinderella merasa sedih, tetapi kemudian keajaiban terjadi. Ibu Peri datang dan menolongnya. Cinderella pun disulap menjadi seorang putri cantik. Di istana, sang pangeran jatuh cinta pada Cinderella, lalu mengajaknya berdansa. Namun karena sihir Ibu Peri tak hanya bertahan sampai jam 12 malam, maka Cinderella buru-buru pulang saat denting lonceng jam 12 terdengar. Karena buru-buru, sebelah sepatunya terlepas dan sang pangeran memungutnya dan mengumumkan untuk mencari pemilik sepatu itu.
Sepatu itu tidak pas di kaki siapapun yang mencobanya, termasuk 2 kakak tiri Cinderella. Saat Cinderella menencobanya, ternyata pas dikakinya. Dia pun mengakui bahwa dialah pemilik sepatu itu. Saat Sang Pangeran melihatnya, dia segera mengenali bahwa Cinderella adalah gadis yang pada malam itu berdansa bersamanya. Pangeran itu akhirnya melamar Cinderella dan mereka menikah dan hidup bahagia selamanya.
Nah, begitulah hidup susah seseorang bisa berakhir bahagia. Bila bertemu dengan pangeran dan menikah.
Namun masalahnya adalah, aku tak seperti Cinderella yang berwajah cantik dan bisa membuat pangeran tampan jatuh cinta hanya dalam pandangan pertama. Tampangku yang pas-pasan tak memungkinkan untuk itu. Namun walaupun begitu, aku berharap bahwa keajaiban itu juga bisa terjadi padaku. Siapa tau ada Ibu Peri tiba-tiba muncul dan menyulapku jadi cantik?
Dari masa remaja aku sudah membuat perencanaan akan hidupku di masa depan. Aku memperkirakan pada usia 18 tahun aku akan lulus SMA, mulai kuliah usia 19 tahun, lulus kuliah usia 23 tahun, bekerja dan berkarir cemerlang dan saat itu aku bertemu dengan pangeran tampan yang gagah perkasa, saling jatuh cinta. Pada saat usiaku 26 tahun, kami menikah. Dan jangan lupa…hidup bahagia selamanya. Tampak seperti masa depan yang begitu perfect di dalam bayanganku. Aku bahkan tak begitu memikirkan profesi apa tepatnya yang ingin aku lakukan saat aku sudah dewasa.
No comments:
Post a Comment